Bantuan Medis dari Jepang Tiba di Palu dan Mulai Beroperasi
Sementara itu, pesawat Pasukan Bela Diri Jepang telah mendarat di Bandara Palu pada Sabtu pagi.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, PALU - Tim evakuasi tampak sibuk membawa mayat-mayat dari kawasan terdampak gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah pada Sabtu kemarin, saat bantuan internasional dan relawan dari berbagai negara tiba di wilayah itu dan menyebar ke berbagai titik.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, pada Sabtu kemarin tercatat korban tewas mencapai angka 1.649 jiwa, dengan sedikitnya 265 orang masih dinyatakan hilang, meskipun angka tersebut bisa saja terus bertambah.
Sementara itu, pesawat Pasukan Bela Diri Jepang telah mendarat di Bandara Palu pada Sabtu pagi.
Dikutip dari laman The Asahi Shimbun, Minggu (7/10/2018), para tentara negeri matahari terbit itu langsung membongkar beberapa ton persediaan yang mereka bawa untuk para pengungsi.
Baca: Prihatin, Ratu Elizabeth II Sumbang Uang Pribadi Rp59,7 Miliar untuk Korban Gempa Donggala dan Palu
Mulai dari obat-obatan hingga generator kecil portabel yang dimasukkan dalam kotak-kotak kecil yang terlihat memiliki lambang bendera Jepang dan bertuliskan 'dari rakyat Jepang'.
Beberapa negara lainnya juga telah mengirimkan pesawat untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan pemerintah.
Para pengungsi saat ini masih dalam masa pemulihan setelah lebih dari sepekan gempa dan tsunami melanda kawasan Sulawesi Tengah.
Tim medis Jepang pun bergerak dan memasuki wilayah Balaroa, salah satu daerah terparah yang terdampak gempa.
Di salah satu jalan di desa kawasan itu, anak-anak yang masih selamat dan mengungsi berteriak, "Palang Merah, Palang Merah,".
Baca: Raffi Ahmad Sukses Jadi Host Pembuka Opening Ceremony Asian Para Games 2018, Ini Kata Iriana Jokowi
Baca: Update Ratna Sarumpaet: Belum Dijenguk Timses Prabowo, Ajukan Tahanan Kota, Rahasiakan Penyakit
Teriakan itu terdengar saat salah satu tim medis kelompok bantuan dari Jepang tiba dan mendirikan klinik darurat di sebuah lapangan, dimana para pengungsi sedang tidur di bawah terpal.
Seorang warga mengatakan bahwa mereka selamat karena menjarah barang-barang dari toko-toko untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Para relawan Jepang itu kemudian memasang terpal putih di atas panggung di depan kantor desa tersebut, lalu meletakkan meja hijau di atasnya dan mulai menanyakan terkait kebutuhan para pengungsi yang tampak berbaris sambil berdesakan itu.
Para dokter pun melakukan pemeriksaan medis pada warga lanjut usia yang keluar dari tenda pengungsian dan menaiki tangga panggung dibantu tongkat sambil dipegang seorang pria.
Para pengungsi yang tinggal di kamp pengungsian itu mengatakan mereka masih memiliki persediaan air bersih dan mie instan, namun jumlahnya terbatas.