Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Penyamaran Wartawan Masuo Yokota Menjadi Karyawan di Uniqlo Jepang

Selama satu tahun periode 2016-2017, Masuo Yokota wartawan terkenal Jepang menyamar sebagai pekerja di toko Uniqlo di Tokyo.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Kisah Penyamaran Wartawan Masuo Yokota Menjadi Karyawan di Uniqlo Jepang
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Penulis buku "Laporan Penyamaran Kerja di Uniqlo Satu Tahun", Masuo Yokota 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo di Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Selama satu tahun periode 2016-2017, Masuo Yokota wartawan terkenal Jepang spesialis Uniqlo yang juga pemegang saham Uniqlo, menyamar sebagai pekerja di toko Uniqlo di Tokyo.

Hasil penyamaran itu dituangkan ke dalam bukunya yang diterbitkan tahun lalu dan kini sangat laris di Jepang berjudul "Penyamaran Satu Tahun Kerja di Uniqlo."

"Ternyata bos Uniqlo itu sangat pelit sekali dan rasanya karyawan tidak akan termotivasi kerja kalau kerja di Uniqlo," kata Masuo Yokota kepada Tribunnews.com, Rabu (17/10/2018).

Mengapa Masuo Yokota menganggap karyawan tidak termotivasi bekerja di Uniqlo?

"Bayangkan saja. Kalau lagi sibuk, sibuk sekali kalau kerja saat itu. Kalau lagi sepi ya sepi sekali. Lalu saya disuruh libur karena seolah tak ada tamu, sepi sekali. Saya sendiri baito (kerja paruh waktu)," kata Masuo Yokota.

Menurut Masuo Yokota, kalau kerja saat sedang ramai, biaya per jam 1000 yen. Begitu pula saat sedang sepi dan santai biaya kerja per jam 1000 yen.

Berita Rekomendasi

"Kalau penghargaan sama kan tidak menjadikan pekerja termotivasi kalau begitu, kerja capek dan kerja santai sama saja uangnya," kata dia.

Baca: Iswandi Pasrah saat Lumpur Menyedot Rumahnya: Kalau Allah Mau Cabut Nyawa, Saya Ikhlas

Masuo Yokota mengatakan banyak karyawan baito (kerja paruh waktu) di Uniqlo kerap ke luar masuk karena tidak termotivasi bekerja di tempat itu.

"Pas lagi sepi kita disuruh pulang dan libur. Jika sepi dan kita dapat terus kerja dapat uang lebih banyak, kan bisa sebagai motivasi kerja saat ramai, toh terbalaskan saat sepi terus dipekerjakan. Itu artinya Uniqlo sangat pelit sekali hanya mau pakai tenaga kita saja tak peduli dengan kesejahteraan atau motivasi kerja karyawannya," kata dia.

Wartawan Masuo Yokota (53) yang membuat dua buku laris di Jepang,
Wartawan Masuo Yokota (53) yang membuat dua buku laris di Jepang, "Cahaya dan Bayangan Kekaisaran UNIQLO" terbitan 2013 dan buku terbaru (2017) berjudul Penyamaran Kerja Satu Tahun di Uniqlo (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

Terungkap pula ketika seorang karyawan Uniqlo yang masuk ke perusahaan itu Maret 1997 setelah lulus sekolah, sempat ditegur keras oleh seorang eksekutif Uniqlo, mengajukan tuntutan ke pengadilan dan menang di Mahkamah Agung Jepang.

Sebut saja korban adalah A (laki-laki) yang kini berusia 45 tahun, sempat dimaki-maki eksekutif Uniqlo dengan kata-kata kasar, "Kamu mau membunuh saya ya?"

Baca: Ustaz Bustami Dipecat Yayasan, Ratusan Santri di Langsa Barat Mengamuk

"Awalnya di pengadilan negeri Jepang tahun 2008 tuntutan A dimenangkan. Tentu saja Uniqlo naik banding. Tetapi akhirnya di Mahkamah Agung setelah beberapa tahun tetap saja A akhirnya menang dalam tuntutannya tersebut yang membuat Uniqlo harus membayar ganti rugi sekitar 2,9 juta yen," tulis My News Japan.

Yokota menganggap tidak nyaman bekerja di Uniqlo sehingga tak heran hanya setahun saja dia melakukan penyamaran.

Kisah penyamaran Masuo Yokota dapat dibaca dalam bukunya yang bisa dibeli lewat belanja online toko besar di mana pun.

Buku ini terbit hanya dalam bahasa Jepang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas