Pejabat Tinggi Kemenlu China Ternyata Suka Kerupuk Indonesia
Tak dinyana, Kerupuk merupakan satu di antara barang impor dari Indonesia yang dikenal di China
Penulis: Febby Mahendra
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Suka makan kerupuk buatan Indonesia. Itulah pengakuan Dong Shuhui, seorang pejabat Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China.
"Kerupuk merupakan satu di antara barang impor dari Indonesia yang dikenal di China. Saya suka makan kerupuk," kata Dong Shuhui, Direktur Divisi Perencanaan dan Koordinasi Departeman Urusan Asia, ketika menerima delegasi Indonesia, di kantor Kementerian Luar Negeri China, Beijing, Senin (5/11/2018) sore.
Baca: TikTok Sediakan Makan Gratis Tiga Kali Sehari buat Para Karyawan
Dong Shuhui sempat kesulitan ketika hendak menyebut kerupuk. Ia kemudian dibantu seorang staf perempuan Kemenlu China yang mampu berbahasa Indonesia.
Baca: Begini China Big Data di Kawasan Perdagangan Bebas Guangxi
"Oh iya namanya kerupuk," katanya dalam bahasa Inggris.
Barang asal Indonesia lainnya yang terkenal di China yaitu batubara dan crude palm oil (CPO) alias minyak sawit.
Sebelum menjabat sebagai direktur, Dong Shui pernah bertugas di Kedubes China di Thailand, Vietnam, dan negara Asia lainnya. Namun ia belum pernah bertugas di Indonesia.
"Indonesia sebagai negara terbesar di Asia tenggara merupakan mitra strategis kami, terutama dalam bidang perdagangan dan investasi," katanya.
Kedutaan Besar China di Jakarta mengajak sejumlah cendekiawan dan jurnalis Indonesian mengunjungi Provinsi Guangxi, Chongqing, dan Beijing.
Delegasi berjumlah 10 orang itu diketuai Prof AA Banyu Perwita PhD, dari President University.
Sebagai seorang diplomat karier, Dong Shuhui bicara panjang lebar mengenai isu-isu internasional, mulai dari hubungan China, India dan Jepang hingga 'perang dagang' dengan Amerika Serikat.
Menjawab pertanyaan soal berita-berita di media barat yang menyerang pemerintah China soal perlakuan diskriminatif dan represip terhadap suku minoritas Uighur, Dong Shuhui menjawab diplomatis.
"Setiap negara mempunyai persoalan terkait dengan radikalisme dan terorisme. Kami menagani masalah itu (suku Uighur) terkait dengan pengamanan negara," kata Dong Shuhui.
Perempuan tersebut menyebut sering kali media barat tidak fair (adil) dalam memberitakan sesuatu menyangkut China.