Posisi Putra Mahkota Muhammad bin Salman Terancam di Tengah Bergulirnya Kasus Pembunuhan Khashoggi
Di tengah isu pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, puluhan Pangeran dan sepupu dari dinasti Al Saud ingin adanya perubahan dalam garis suksesi kekuasa
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, RIYADH - Di tengah isu pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, puluhan Pangeran dan sepupu dari dinasti Al Saud ingin adanya perubahan dalam garis suksesi kekuasaan.
Untuk itu, anggota keluarga kerajaan Arab Saudi beragitasi untuk mencegah putera Mahkota, Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) naik takhta menjadi raja setelah perhatian dunia tersedot dalam kasus pembunuhan wartawan Saudi Jamal Khashoggi.
Demikian sumber dekat dengan Istana Kerajaan menyampaikan kepada kantor berita Reuters seperti dilansir Aljazeera, Selasa (20/11/2018).
Baca: Rekan Jamal Khashoggi Menuntut Keadilan Atas Nama Jurnalisme dan Dunia
"Di tengah kemarahan dunia internasional atas pembunuhan Khashoggi, puluhan Pangeran dan sepupu dari keluarga Al Saud ingin melihat perubahan dalam suksesi kerajaan, tetapi tidak akan bertindak sementara raja Salman 82 tahun, ayah putra mahkota masih hidup," ujar sumber dekat kerajaan.
"Mereka mengakui raja tidak mungkin untuk berbalik melawan anak kesayangannya," tambah laporan tersebut.
Sebaliknya, masih menurut sumber tersebut, mereka membahas kemungkinan anggota keluarga yang lain, Pangeran Ahmed (76), paman dari putra mahkota, bisa mengambil takhta, setelah kematian Raja.
Dijelaskan, Pangeran Ahmed, saudara raja Salman, akan memperoleh dukungan dari anggota keluarga, aparat keamanan, dan beberapa kekuatan Barat.
Baca: Wakil Ketua DMI: Bukan Masjidnya yang Terpapar Radikalisme, Tapi Orang, Individu, atau Kelompok
Pangeran Ahmed kembali ke Riyadh pada bulan Oktober lalu, setelah dua bulan di luar negeri.
Selama di luar negeri, dia kerap mengkritik pemerintahan Saudi dan menemuni para demonstran di London yang menuntut runtuhnya dinasti saudi.
Dia adalah salah satu dari tiga orang di Dewan kesetiaan, terdiri dari anggota senior keluarga penguasa yang menentang MBS menjadi Pangeran mahkota pada 2017, demikian sumber itu mengatakan.
Sebelumnya, Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) dilaporkan menemukan fakta terkait pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi.
Dalam temuan CIA yang dikemukakan seorang pejabat anonim, perintah untuk membunuh Khashoggi datang langsung dari Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman ( MBS).
Diwartakan The Washington Post via The Guardian pada Sabtu (17/11/2018), CIA menyimpulkan MBS yang memerintahkan pembunuhan itu setelah meneliti berbagai data intelijen.(Reuters/Aljazeera/The Guardian)