Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Otorita Filipina Pastikan Pelaku Bom Bunuh Diri di Katedral Sulu Suami-Istri Asal Indonesia

Otorita Filipina, Jumat (1/2) memastikan bahwa pelaku pembom bunuh diri di Katedral Katholik Roma di Jolo, propinsi Sulu dilakukan Suami Istri

Editor: Sugiyarto
zoom-in Otorita Filipina Pastikan Pelaku Bom Bunuh Diri di Katedral Sulu Suami-Istri Asal Indonesia
VOA
Polisi penyelidik dan tentara tiba di lokasi kejadian setelah dua bom meledak di luar gereja Katedral Katolik Roma di Jolo, ibukota provinsi Sulu, Filipina selatan, 27 Januari 2019. 

TRIBUNNEWS.COM - Otorita Filipina, Jumat (1/2) memastikan bahwa pelaku pembom bunuh diri di Katedral Katholik Roma di Jolo, propinsi Sulu, Filipina Selatan, akhir pekan lalu adalah suami-istri asal Indonesia yang mendapat bantuan dari kelompok yang berafiliasi dengan ISIS.

VOA yang mengutip kantor berita Reuters dari penyataan Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano menyakini pasangan suami-istri asal Indonesia berada di balik serangan terhadap katedral itu, yang menewaskan sedikitnya 22 orang dan melukai lebih dari 100 lainnya, termasuk warga sipil dan tentara.

Ano menyampaikan informasi itu hari Jumat berdasarkan informasi yang diperoleh dari sejumlah saksi mata dan sumber-sumber yang tidak dirincinya.

“Mereka warga Indonesia,” ujar mantan panglima militer itu kepada CNN Filipina. Ditambahkannya “saya yakin mereka adalah warga Indonesia.”

Dihubungi VOA melalui telpon untuk memastikan hal tersebut, Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irfan Idris hanya menjawab singkat “saya belum tahu.” Ia menolak memberi keterangan lebih jauh.

Sementara juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Natsir belum menjawab permohonan konfirmasi VOA.

Pernyataan Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano ini adalah perkembangan terbaru dalam penyelidikan serangan bom bunuh diri di Katedral Katholik Roma di Jolo, propinsi Sulu, Filipina Selatan, 27 Januari lalu.

Berita Rekomendasi

Reuters mengutip seorang penyelidik yang diwawancarai di televisi mengatakan pernyataan yang disampaikan otorita Filipina kadangkala tidak konsisten dan bertentangan karena tempat kejadian perkara telah terkontaminasi. Meskipun tidak ada rincian “kontaminasi” yang dimaksud.

Pejabat-pejabat keamanan Filipina awalnya mengatakan kedua bom diledakkan dari jarak jauh. Tetapi Selasa lalu (29/1) pernyataan itu berubah setelah Presiden Rodrigo Duterte mengatakan kemungkinan serangan itu adalah bom bunuh diri.

Pandangan Duterte itu didukung oleh Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana, yang pada hari Jumat ini mengatakan pemeriksaan tas di pintu masuk ke gereja menyulitkan untuk menyembunyikan bom, sehingga yang lebih mungkin adalah bom itu telah diikatkan ke tubuh.

“Menurut tim forensik, ada sejumlah potongan tubuh yang kemungkinan berasal dari dua orang, satu orang di dalam gereja dan lainnya di luar,” ujar Lorenzana kepada wartawan.

Sementara Menteri Dalam Negeri Eduardo Ano mengatakan pasangan Indonesia itu telah mendapat bantuan dari Abu Sayyaf, organisasi militan yang terkenal kerap melakukan penculikan di bagian selatan Filipina. A

no menambahkan mereka yang merencanakan serangan itu pastinya telah mendapat instruksi dari sebuah jaringan operasi yang berafiliasi dengan ISIS.

Aturan hukum darurat telah diberlakukan di Mindanao, Filipina Selatan, sejak sejumlah pemberontak dalam dan luar Filipina yang berpakaian serba hitam menyerang dan menguasai kota Marawi tahun 2017.

Serangan udara dan pertempuran terbuka selama lima bulan untuk merebut kembali kota itu mengingatkan pada pertempuran di Suriah dan Irak. (VOA]

Sumber: VOA
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas