8 Tahun Berlalu Pasca Gempa dan Tsunami, Jepang Berencana Membuat Silicon Valley di Fukushima
Hiromichi Watanabe mengakui belum sepenuhnya penduduk Fukushima kembali ke kampung halamannya setelah 8 tahun bencana yang terjadi 11 Maret 2011.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Hiromichi Watanabe (68), Menteri Rekonstruksi Jepang untuk Bencana Alam dan Nuklir Tohoku mengakui belum sepenuhnya penduduk Fukushima kembali ke kampung halamannya setelah 8 tahun bencana yang terjadi 11 Maret 2011 lalu.
"Kami tetap ingin menyatakan rasa duka cita mendalam kepada para keluarga di lokasi bencana Tohoku tersebut dan berharap dapat segera pulih kembali. Pemerintah sekuat tenaga kini dan secepatnya untuk memulihkan segalanya," kata Menteri Watanabe, Jumat (9/3/2019).
Untuk itu menteri berharap bisa membentuk masyarakat dengan memberikan rasa aman, nyaman dan kedamaian di pikiran masing-masing sehingga kembali terasa hidup normal di lokasi bencana.
"Memang lebih dari 50 persen telah kembali ke kampung halamannya, tetapi yang belum kembali ke kampung halamannya, masalahnya saat ini adalah mengubah pikiran masyarakat tersebut agar terasa nyaman, aman dan damai serta terjamin kehidupannya apabila kembali ke kampung halamannya. Mengubah pola pikir yang demikian memang tidak mudah," jelasnya.
Saat ini 97,3 persen dianggap sebagai tempat yang aman dengan radiasi rendah sama seperti kota besar lainnya di Jepang.
Misalnya di Kota Fukushima dengan radiasi 0,14 micro sievert per jam (paling tinggi di antara kota lain sekitarnya).
Kota lain sekitarnya, Koriyama hanya 0,09, Aizuwakamatsu 0,06, Minamiaizu 0,03, Shirakawa 0,07, Koriyama 0,09, Iwaki 0,06 micro sievert per jam.
Sebagai perbandingan, Kota New York 0,05, Seoul 0,12, Berlin 0,07, Beijin 0,07, Singapura 0,1, Paris 0,04 microsievert per jam.
Salah satu upaya untuk menciptakan suasana tersebut, Menteri Watanabe berencana menjadikan Fukushima sebagai semacam Silicon Valley-nya Jepang.
"Kami merencana memboyong berbagai perusahaan teknologi ke Fukushima menciptakan berbagai hal terkait Robotik, Artificial Intelligence (AI) serta juga mungkin hal-hal terkait internet serta teknologi baru," tambahnya.
Misalnya saat ini sedang dilakukan decommision reaktor pertama PLTN Fukushima dengan teknologi mutahirnya.
Menjadi pelajaran sangat berharga bagi Jepang mengenai penggunaan teknologi yang sangat tinggi itu untuk mengerjakan reaktor nuklir.
"Dari yang jatuh karena bencana alam serta nuklir, justru kita ingin balik dan membangkitkan Fukushima menjadi tempat yang canggih teknologinya, mungkin seperti Silicon Valley nantinya," kata dia.