Kisah Pilu Pengungsi Remaja Suriah yang Kehilangan Ayah dan Kakaknya di Penembakan Selandia Baru
Satu di antara kisah pilu korban selamat teror penembakan di Selandia Baru dialami Zaid Mustafa, remaja laki-laki berusia 13 tahun dari Suriah.
Penulis: Rizki Aningtyas Tiara
Editor: Imam Saputro
TRIBUNNEWS.COM - Teror serangan penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru pada Jumat (15/3/2019) pekan lalu menyisakan luka mendalam bagi para korban selamat.
Satu di antara kisah pilu korban selamat teror penembakan di Selandia Baru dialami Zaid Mustafa, remaja laki-laki berusia 13 tahun dari Suriah.
Duduk di kursi roda dan berselimut warna biru, Zaid Mustafa harus menyaksikan pemakaman dua orang terkasihnya pada Rabu (20/3/2019).
Dikutip TribunPalu.com dari laman abc.net.au, dalam serangan teror Brenton Tarrant di Selandia Baru, Zaid Mustafa kehilangan ayahnya, Khalid dan kakak laki-lakinya, Hamza.
Khalid dan Hamza merupakan dua korban penembakan di Selandia Baru pertama dari 50 korban yang akan dimakamkan.
Meski mengalami luka pada pergelangan tangan, Zaid Mustafa terkejut dengan begitu banyaknya orang yang datang di pemakaman ayah dan kakaknya.
Seorang pelayat di pemakaman Khalid dan Hamza mengatakan selama prosesi, Zaid terus memanggil-manggil ayah dan kakaknya serta mengucapkan ia tidak mau ditinggal sendiri.
Keluarga Mustafa datang ke Selandia Baru sebagai pengungsi dari Suriah.