Intelijen Srilanka Sudah Tahu Bakal Ada Serangan Mematikan, tapi Kenapa Masih Bisa ''Bobol''?
Otoritas Srilanka ternyata telah diperingatkan dua minggu sebelum serangan minggu Paskah terjadi, pada Minggu (22/4/2019).
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, KOLOMBO - Otoritas Srilanka ternyata telah diperingatkan dua minggu sebelum serangan minggu Paskah terjadi, pada Minggu (22/4/2019).
"Bahkan lengkap dengan nama tersangka," ujar juru bicara kabinet Rajitha Senaratne, dilansir dari Guardian, Senin (22/4/2019).
"Pada tanggal 4 April, 14 hari sebelum insiden ini terjadi kami telah diberitahu tentang insiden ini," katanya.
"Pada tanggal 9 April, kepala Intelijen Nasional menulis sepucuk surat dan dalam Surat ini banyak nama anggota organisasi teroris yang ditulis," kata Senaratne.
Baca: Saat Ditanya Kapan akan Bertemu Prabowo, Luhut: Saya Sudah Telepon-teleponan dengan Pak Prabowo
Baca: Datangi Polisi, Andre Taulany Sebut Akun Sosmed Istrinya Dihack
Baca: Polisi Bakal Periksa 4 Pemuda Kejang-kejang di dekat Mal Alam Sutera
Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengakui dia sudah mendengar adanya informasi tentang rencana gelombang serangan bom pada Minggu (21/4/2019).
Terdapat delapan titik di gereja maupun hotel bintang lima yang menjadi sasaran serangan saat Paskah, dengan 207 orang dilaporkan tewas.
Sebelum serangan terjadi, pihak kepolisian sebenarnya sudah mendapat peringatan dari "dinas intelijen asing" mengenai adanya rencana pengeboman itu.
Dalam unggahan Menteri Telekomunikasi Harin Fernando, diketahui surat berisi laporan intelijen itu bertanggal 11 April atau sepuluh hari sebelum kejadian.
Namun, sebagaimana diwartakan Daily Mirror dan The Telegraph, PM Wickremesinghe mengaku tidak mendapat informasi terbaru mengenai perkembangan laporan intelijen itu.
Wickremesinghe menegaskan penyelidikan perlu dilaksanakan untuk mengetahui mengapa laporan intelijen tidak ditindaklanjuti oleh otoritas berwenang.
"Namun, saat ini fokus kami adalah menangkap pelaku yang bertanggung jawab," kata Wickremesinghe.
Pernyataan yang sama juga disuarakan oleh Fernando. "Tindakan serius harus segera diambil mengapa peringatan seperti ini bisa tidak diproses. Saya berada di Badulla tadi malam," tutur Fernando di Twitter.
Tak pelak komentar itu menuai kemarahan publik. Netizen Twitter dengan nama akun Amali berang mengapa Fernando mengunggah surat itu saat peristiwa telah terjadi.