Istri Positif HIV, Suami Habisi Nyawa Istri dan Gantung Mayatnya di Pohon Depan Rumah
Seorang pria Pakistan habisi nyawa istrinya yang positif HIV dan menggantung mayatnya di pohon depan rumah, Rabu (29/5/2019).
Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria Pakistan menghabisi nyawa istrinya yang positif HIV dan menggantung mayatnya di pohon depan rumah, Rabu (29/5/2019).
Dilansir dari AFP, polisi setempat mengatakan kejadian tersebut terjadi di sebuah desa dekat episentrum wabah di pinggiran kota Larkana di provinsi Sindh, Pakistan, tempat ribuan orang telah diperiksa HIV pada bulan lalu.
Menurut kepolisian setempat, korban yang berusia 32 tahun tersebut dinyatakan positif HIV dalam beberapa hari terakhir.
Mengetahui kenyataan itu, suaminya pun menuduhnya telah berselingkuh darinya, sehingga terjangkit virus HIV.
Baca: Ketahuan Selingkuh dengan Tetangga, Suami Bunuh Istri dan Bawa Kepalanya ke Kantor Polisi
Baca: Seorang Perempuan Diduga Hendak Bunuh Diri, Loncat dari Rumah Radakng Pontianak
"Pagi tadi, pelaku mencekik korban dengan tali, Kemudian ia menggantung korban di pohon depan rumahnya," kata Roshan Ali, petugas polisi di Shikarpur, dikutip dari AFP.
Sejak dulu, pedesaan Sindh disebut kawasan yang diliputi kemiskinan dan buta huruf.
Hal ini kemudian berpengaruh pada minimnya akses informasi tentang HIV dan penyakit lain.
Dengan keadaan itu, sebagian besar populasi di daerah ini buta akan pengetahuan tentang bagaimana virus HIV ditularkan.
Dilansir dari AFP, pihak berwenang di pinggiran Larkana menyebutkan penyebaran virus HIV di kawasan tersebut diduga akibat kelalaian parah atau niat jahat dokter setempat yang menggunakan jarum suntik yang tercemar.
Hal ini menciptakan kemarahan sekaligus ketakutan yang terus-menerus bagi para penduduk setempat yang terkena dampak epidemi.
Para pejabat kesehatan mengungkapkan, hampir 700 orang telah dinyatakan positif HIV dalam beberapa pekan terkahir.
Sebagian besar penduduk yang terjangkit HIV adalah anak-anak.
Upaya tes HIV tersebut didasarkan pada lonjakan tingkat infeksi di seluruh wilayah Pakistan karena penggunaan peralatan yang tidak bersih.
Selain itu, maraknya malpraktik di berbagai daerah dan penanganan oleh dokter yang tidak profesional juga menjadi alasan.