Marah Saat Dibilang Banci, Oknum Guru Ini Pukuli Siswinya Menggunakan Tongkat
Selain video, juga ada foto-foto terpisah yang memperlihatkan paha dan tangan siswi itu penuh baretan
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, MALAYSIA - Seorang guru di Malaysia dituduh memukuli anak sekolah menengah berulang kali hingga meninggalkan bekas merah jelek di lengan dan pahanya.
Kasus ini viral di media sosial Malaysia setelah video rekaman ibu dari siswi itu memarahi guru yang bersangkutan.
Dalam video berdurasi dua menit dan 28 ini, guru tersebut terlihat berusaha menjelaskan dirinya sendiri, sementara ibu gadis itu terus mempertanyakan tindakannya.
"Dia berkata bahwa dia menyesal. Mengapa kamu melakukan ini padanya? Kamu adalah seorang guru (cikgu besar). Kamu tidak bisa mencambuknya seperti ini. Sebagai guru, kamu tidak bisa melakukan ini. Kamu salah," kata ibu itu.
"Dia hanya mengatakan sesuatu padamu. Dia tidak memukulmu, kan? Jangan seperti ini. Kamu marah? Kamu bisa bertarung? Kamu kuat? Kamu guru, kamu harus mengajar anak-anak," kata wanita itu dalam bahasa Melayu.
Video itu dilanjutkan dengan guru bertanya kepada wanita itu apakah dia tahu apa yang dikatakan gadis itu.
Wanita itu berkata dia tahu bahwa gadis itu telah menggunakan kata "ah kua (banci).
Ketika guru mulai berbicara lagi, wanita itu menyela dan mengucapkan, "Tapi dia meminta maaf, apakah itu tidak cukup?"
Namun pria itu mengatakan bahwa gadis itu hanya meminta maaf setelah dicambuk dan setelah temannya menyuruhnya melakukannya.
Selain video, juga ada foto-foto terpisah yang memperlihatkan paha dan tangan siswi itu penuh baretan.
Foto lainnya, gadis yang sama terlihat memegang laporan polisi, diyakini diajukan terhadap guru.
Kasdsus ini mendapat perhatian dari institusi pendidikan di Malaysia, terutama Johor. Departemen Pendidikan Negara Bagian Johor (JPN Johor) sedang menyelidiki insiden tersebut.
Foto memar gadis itu juga membuat putaran di media sosial, di samping video.
Menteri Pendidikan Johor Maszlee Malik mengatakan departemen akan memanggil untuk bertemu dengan orangtua siswa untuk menjelaskan bahwa penyelidikan sedang dilakukan dan akan membawa keadilan bagi siswa dan guru yang terlibat.