Sejuta Warga Tiongkok Tinggal di Gorong-gorong Bawah Tanah di Antara Megahnya Beijing
Beijing adalah ibukota Tiongkok, di mana kota ini adalah pusat dari salah satu negara terkuat di dunia.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNJOGJA.COM - Beijing adalah ibukota Tiongkok, di mana kota ini adalah pusat dari salah satu negara terkuat di dunia.
Kehidupan modern dan gemerlap sudah tentu menjadi pemandangan utama dari kota ini. Namun di balik itu semua, ada kehidupan memilukan di dalamnya.
Dunia tanpa matahari atau udara segar di bawah ibukota Tiongkok, orang-orang yang bangun tanpa jendela.
Kemudian mereka menaiki tangga beton untuk berjalan kaki, melihat matahari, dan mengubah diri mereka dari penduduk kota yang paling membenci perumahan.
Orang-orang ini adalah suku tikus atau shuzu, mereka adalah sekelompok orang terpinggirkan yang tidak memilki izin tinggal di kota tersebut.
Alhasil, mereka hidup di gorong-gorong bawah tanah dan lebih dari 1 juta komunitas suku tikus hidup di dalamnya.
Semuanya juga ilegal, karena pemerintah telah menetapkan bahwa ruang bawah tanah atau bungker untuk serangan udara tidak boleh disewakan.
Tetapi karena banyak dari mereka dan tentunya itu adalah pasar yang besar untuk diperdagangkan, pemerintah pura-pura tutup mata dengan hal itu.
Sebagian besar penghuninya adalah pendatang muda, berharap bisa hidup di kota terpenting di Tiongkok bukan hanya pusat politik, tetapi juga seni, bisnis, dan gaya hidup alternatif.
Mereka sebagian besar berprofesi sebagai penyapu jalan, penata rambut, gadis sampi, pengantin baru, dan penganut agama Budha serta Kristen.
Banyak di antaranya memiliki kisah dramatis, seperti pria bernama Wei Kuan ini misalnya, dia adalah pria 27 tahun yang bekerja sebagi wiraniaga ansuransi.
Karirnya berhenti, dan kini dia menjadi kurir, penyanyi pemakaman, hingga tukang pijat.
"Saya baik-baik saja tinggal disini, karena saya takut miskin, jadi saya bekerja keras dan tinggal di sini, tempat ini juga memaksa saya bekerja lebih keras," katanya pada Al Jazeera.
Kamar-kamar ini juga memiliki kisah sejarah, salah satunya adalah Perang Dingin ketika China Mao berjuang dengan Uni Soviet untuk supremasi ideologis di blok Timur.
Kemudian tahun 1969, kedua negara berperang di perbatasan berdarah di sepanjang Sungai Amur, Mao memerintahkan orang-orang untuk "menggali terowongan dalam-dalam" sebagai perlindungan terhadap serangan udara Soviet.
Melansir CNN, Annete Kim seorang profesor di Universitas of Southern California telah memetakan kota bawah tanah di Beijing dengan mempelajari 7.000 iklan sewa online.
Jumlah iklan sewa meningkat selama tahun dia meneliti pada tahun 2013.
• Lowongan Kerja di Jepang, Gaji Perawat Lebih Tinggi dari Menteri di Indonesia
Pilihan alternatif berbiaya rendah sebenarnya bisa tinggal di desa, dan pinggiran kota Beijing, namun mereka lebih suka tinggal di kota Beijing meski sebatas di bawah tanah.
Hal itu akan membuat mereka lebih mudah bepergian ke kota dibandingkan dengan mereka yang tinggal di pinggiran kota.
Ide perumahan bawah tanah ini muncul setelah populasi Beijing meledak pada tahun 2013, di antaranya adalah jumlah pendatang dan meningkatnya perumahan murah.
Namun, mereka yang imigran tidak diizinkan untuk tinggal di perkotaan, dan mengajukan permohonan untuk rumah murah, sekolah lokal, atau bentuk kesejahteraan lainnya.
Mengetahui mereka tidak pernah bisa tinggal di Beijing, alhasil mereka memilih tinggal di dalam tanah daripada harus tinggal di pinggiran kota.
"Tentu saja, tidak ada yang lebih suka tinggal di bawah tanah, tetapi ada preferensi yang kuat untuk lokasi," kata Annette Kim.
Terlepas dari itu semua, mereka yang tinggal di bawah tanah sebagian besar tidak memberi tahu keluarganya atau menunda untuk memberi tahunya.
Seorang pria bernama Zhang Xi misalnya dia mengatakan, "ketika ayah saya datang mengunjungi saya, dia menangis mengatahui dimana saya tinggal."
Ayahnya bahkan mengatakan, "Nak ini tidak akan baik." (Afif Khoirul M/Intisari)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Satu Juta Warga Tinggal di Bawah Tanah, Berada di Antara Megahnya Kota Beijing, https://jogja.tribunnews.com/2019/06/26/satu-juta-warga-tinggal-di-bawah-tanah-berada-di-antara-megahnya-kota-beijing?page=all.