Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Popularitas Pertanian Blueberry Asami Jepang Dimulai dari Nerimaku Tokyo

Kiyoshi Asami, seorang petani di Nerimaku Tokyo sudah 13 tahun ini fokus untuk bertani buah Blueberry. Kini saatnya Kiyoshi Asami meraup hasil panen.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Popularitas Pertanian Blueberry Asami Jepang Dimulai dari Nerimaku Tokyo
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Kiyoshi Asami (kiri) beserta putrinya, petani perkebunan Blueberry di Nerimaku Tokyo Jepang. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kiyoshi Asami, seorang petani di Nerimaku Tokyo sudah 13 tahun ini fokus untuk bertani buah Blueberry.

Kini saatnya Kiyoshi Asami meraup hasil panen.

"Iya khususnya Blueberry kita fokus sejak sedikitnya 13 tahun terakhir ini dan syukurlah dari mulut ke mulut banyak sekali yang datang ke sini membeli Blueberry ini," ungkap Kiyoshi Asami yang tahun ini akan berusia 80 tahun didampingi putrinya kepada Tribunnews.com, Senin (8/7/2019) lalu.

Nerima memang salah satu daerah di Tokyo yang terdiri dari 23 wilayah dan Narimaku memliki tanah pertanian terbesar 215,6 hektar dibandingkan 23 wilayah lain yang ada di Tokyo (Total tanah pertanian Tokyo seluas 4.073,6 hektar).

Dari 215,6 hektar tanah pertanian di Nerimaku, petani Blueberry ada 30 keluarga.

Lebih menarik lagi, dari total 38 keluarga petani di Nerimaku Tokyo memang petani Blueberry terbanyak.

Berita Rekomendasi

Sisanya 8 keluarga petani bercocok tanam jeruk (3 keluarga), persimmon (2), buah kiwi (1), anggur (1) dan strawberry (1).

Untuk Blueberry dipasarkan langsung ke 16 toko sekitar Tokyo.

Tapi berkat kepopuleran pertanian Asami tersebut, penduduk dari Perfektur Chiba, tetangga Tokyo juga khusus datang ke sana untuk membeli Blueberry.

Kiyoshi Asami (kiri) beserta putrinya, petani perkebunan Blueberry di Nerimaku Tokyo Jepang.
Kiyoshi Asami (kiri) beserta putrinya, petani perkebunan Blueberry di Nerimaku Tokyo Jepang. (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

Tribunnews.com yang berkesempatan mencoba buah Blueberry Asami merasakan buah Blueberry ini lebih manis dan harum dari buah Blueberry pada umumnya.

"Tidak mudah bertani Blueberry dan satu pohon sekali kena penyakit atau bencana alam, habislah panen kita tahun ini. Sensitif sekali, jadi kita jaga dengan sangat ketat setiap harinya," tambahnya.

Lebih menarik lagi Blueberry milik Asami sejak 3 tahun lalu tanpa obat-obatan.

"Kita proses secara alamiah dengan pupuk alam yang ada tidak pakai obat sama sekali sejak 3 tahun lalu," ujarnya.

Asami mengakui kebanyakan penjualannya tamu datang sendiri ke tanah pertaniannya, sehingga untuk itu saja sudah habis stoknya, kadang sulit memasok ke toko supermarket.

Asamu selalu dibantu putrinya yang selalu bangun pagi mengerjakan tanah pertaniannya sejak jam 9 pagi.

"Bangun pagi sekitar jam 6 pagi, lalu mandi, makan dan sebagainya, sekitar jam 9 pagi menata Blueberry sampai siang dan sore sekitar jam 5 sore baru pulang ke rumah saya dekat sini," tambahnya.

Harga Blueberry yang dijualnya juga tidak mahal, 100 gram dijualnya hanya 200 yen kepada masyarakat yang mendatanginya.

Padahal kalau sudah sampai ke departemen store apalagi yang terkenal seperti Isetan dan Mitsukoshi dijual dengan harga tiga kali lipat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas