Kebakaran Hutan di Amazon Semakin Meluas, Aktivis Menyalahkan Presiden Brasil
Kebakaran hutan di Amazon, Brasil telah mengalami peningkatan sebesar 84 persen dari periode sebelumnya di tahun 2018.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Tiara Shelavie
Data dari INPE menunjukkan bahwa sejak ia mengambil alih kekuasaan pada bulan Januari, jumlah deforestasi telah melonjak.
Presiden sayap kanan Brasil itu telah lama dituduh mengabaikan perang perubahan iklim global dan membahayakan Amazon.
Bolsonaro, mantan kapten tentara itu berkampanye dengan sikap pro-bisnis.
Dirinya mulai menjabat pada 1 Januari lalu dengan sejumlah janji, termasuk untuk memulihkan ekonomi Brasil dengan menemukan kegunaan lain Hutan Amazon.
Selama kampanyenya, dia bersumpah bahwa jika terpilih dia tidak akan menyisihkan satu "sentimeter" pun lebih banyak tanah untuk cadangan Adat.
Dalam beberapa jam menjabat, ia menerapkan sejumlah perubahan hukum yang akan menguntungkan "kaukus pedesaan" pro-pembangunan Brasil.
Baca: Seekor Paus Secara Misterius di Hutan Amazon, Begini Penjelasan Peneliti
Baca: Hutan Amazon Terbakar, Simak Deretan Fakta Hutan Hujan Terluas dan Paru-paru Dunia Terbesar Ini
Carlos Rittl dari Observatorio do Clima (Pengamat Iklim) mengatakan kepada CNN bahwa para pencinta lingkungan dan peneliti menyalahkan kepemimpinan pro-bisnis Bolsonaro karena mendorong para petani untuk memotong lebih banyak lahan Amazon untuk peternakan.
"Selama enam bulan terakhir, Bolsonaro dan menteri lingkungannya telah mengabdikan diri mereka untuk membongkar tata kelola lingkungan Brasil dan menetralkan badan pengatur," kata Rittl.
Baru-baru ini, badan riset INPE mempresentasikan data yang menunjukkan peningkatan deforestasi 88 persen pada Juni dibandingkan bulan yang sama satu tahun lalu.
Bolsonaro merespons dengan menyerang data dari INPE, menyebut temuan itu "kebohongan" yang menghalangi pembicaraan perdagangan untuk Brasil.
Dia kemudian memecat kepala agensi, direktur Ricardo Galvao, mengklaim penelitian itu tidak akurat dan itu merusak reputasi Brasil.
Galvao mengatakan kepada Reuters bahwa angka-angka yang menunjukkan lonjakan deforestasi "tidak dapat disangkal".
(Tribunnews.com/Whiesa)