Secangkir Kopi Hangat dan Diplomasi Bambu di Paviliun Indonesia
menyambangi Paviliun Indonesia di ajang UN Climate Chamge, COP25 atau Konferensi Perubahan Iklim di Kota Madrid, Spanyol.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM,MADRID-Juan Carlos, terlihat menemani delegasi asal Etiopia menyambangi Paviliun Indonesia di ajang UN Climate Chamge, COP25 atau Konferensi Perubahan Iklim di Kota Madrid, Spanyol.
"I'm looking for coffee from Indonesia," Juan mendekati salah satu delegasi Indonesia yang ia temui di Paviliun Indonesia.
Baca: Cak Imin Hadiri Konferensi Perubahan Iklim di Kota Madrid
Rekan Juan asal Etiopia, rekannya lagi asal Sudan, langsung menyeruput secangkir kopi yang kebetulan sudah dipersiapkan untuk para tamu yang singgah di Paviliun Indonesia.
"Kopi asal Indonesia cukup terkenal," kata Juan dalam bahasa inggris terbata-bata.
Baca: Wamen Alue Dohong Pimpin Delegasi Konferensi Perubahan Iklim di Madrid Spanyol
Tiga orang staf mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, Al Gore juga sempat menyambangi Paviliun Indonesia. Sedianya, Al Gore diagendakan akan menjadi salah satu pembicara dalam ajang ini di Paviliun Indonesia.
Jelang pembukaan, Paviliun Indonesia kerap disambangi para utusan beberapa negara yag ikut dalam Konferensi Perubahan Iklim di Kota Madrid, Spanyol.
Emilia Rosa Sitohang, event organiser Paviliun Indonesia menjelaskan berbagai makanan asli Indonesia disajikan. Menjadi pemikat, ciri khas Indonesia di ajang ini.
"Wajik, Keripik Singkong, dan berbagai macam makanan Indonesia disajikan, diperkenalkan kepada para delegasi. Ada Spagetti Andaliman, nasi goreng Andaliman dari Sumatera Utara,Rosa menjelaskan.
Paviliun Indonesia juga akan melakukan forum-forum diskusi, termasuk penampilan tarian khas Indonesia.
Paviliun Indonesia hadir dalam ajang ini sebagai bagian dari soft diplomasi yang dilakukan. Dua misi Indonesia di ajang ini, hard dan soft diplomacy.
Hard diplomacy, dilakukan dengan cara perundingan-perundingan resmi oleh para negosiator. Sementara soft diplomacy, via paviliun Indonesia dalam rangka memperkuat posisi Indonesia di jalur perundingan resmi.
Kepala Badan Litbang dan Inovasi KLHK
Agus Justianto menjelaskan, target 5000 pengunjung menyambangi paviloun Indoensia di ajang ini.
Baca: Peran Negosiator Indonesia Diuji di Ajang Konferensi Perubahan Iklim di Spanyol
Rangkaian bambu yang didesain menarik menjadi ciri khas Paviliun Indonesia di ajang ini. "Kita mencari yang unik.Bambu itu fungsinya luar biasa. Ramah lingkungan dan mudah tumbuh di mana saja," katanya.
"Ke depan, menurut saya bambu itu bisa menghadapi perubahan iklim," lanjut Agus.
Dirinya tak menampik kehadiran bambu
di Paviliin Indonesia juga menjadi bagian diplomasi yang dilalukan.
"Bambu itu sangat potensial, bisa tumbuh di mana mana, ramah lingkungan. Di kita, bambu tidak banyak dimanfaatkan di banding China. Kita ingin, oh, di Indonesia ternyata juga banyak Bambu," Agus menjelaskan makna bambu di Paviliun Indonesia.
Paviliun Indonesia memiliki luas 300 meter persegi. Selain bambu, payung kertas khas Jawa Barat juga menghiasi,
membuat daya tarik para tamu yang menyambangi Paviliun Indonesia.
Baca: Al Gore dan Pesona Indonesia di Konferensi Perubahan Iklim di Kota Madrid
Para delegasi dari berbagai negara yang datang, juga tak segan mengabadikan kedatangannya ke Paviliun Indonesia melalui media sosialnya.