Cak Imin: Indonesia,Time for Action
Namun demikian, lanjut Cak Imin, Indonesia tetap berusaha semaksimal mungkin melalui berbagai kebijakan, aksi nyata
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM,MADRID-Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar mengungkapkan, implementasi Kesepakatan Paris atau Paris Agreement yang dimulai tahun 2020 tidak hanya menjadi tantangan Indonesia, namun juga negara lainnya.
Secara historis, Indonesia memiliki peran penting sebagai salah satu pionir negara berkembang dalam menghadapi perubahan iklim.
Hal ini dikatakan Cak Imin saat menjadi keynote speaker permbukaan Paviliun Indonesia di ajang COP 25 atau Konferensi Perubahan Iklim di Kota Madrid, Spanyol, Rabu (4/12/2019) waktu setempat.
Baca: Indonesia Raya Menggema di Ajang COP 25 UNFCCC Madrid, Spanyol
"Sungguh sebuah suasana yang membanggakan kita semua, dan khususnya saya pribadi karena dapat berkumpul dan menghadiri pelaksanaan The UN Climate Change Conference COP 25, serta pembukaan Paviliun Indonesia pada kesempatan ini," kata Cak Imin.
Sebagai salah satu pionir negara berkembang dalam menghadapi perubahan iklim, lanjut Cak Imin dalam pidatonya, Indonesia berkomitmen untuk mereduksi emisi sebesar 29 persen.
Dengan upaya sendiri dan hingga 41 persen dengan bantuan internasional pada 2030.
Berbagai pengalaman Indonesia sejak dilaksanakannya COP-13 di Bali pada 2007 merupakan modalitas penting bagi implementasi Kesepakatan Paris di Indonesia.
Baca: Indonesia Ingin Perjanjian Paris di Konferensi Perubahan Iklim di Madrid Terwujud
"COP 25 yang sedang berlangsung saat ini, ditujukan untuk menyepakati, menetapkan langkah penting PBB selanjutnya dalam menghadapi perubahan iklim," kata Cak Imin.
"Salah satu agenda utamanya adalah menindaklajuti kesepakatan COP 24 Katowice, Polandia, tentang pedoman implementasi Kesepakatan Paris. Negosiasi ini penting bagi Indonesia dalam rangka mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia," lanjutnya.
Cak Imin tak memungkiri, ada pihak bersikap skeptis, upaya Indonesia untuk mencapai target kenaikan suhu bumi rata-rata di bawah 2 derajat Celsius pada tahun 2030.
Apalagi untuk mencapai kurang dari 1,5 derajat Celsius seperti disarankan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).
Namun demikian, lanjut Cak Imin, Indonesia tetap berusaha semaksimal mungkin melalui berbagai kebijakan, aksi nyata di lapangan serta meningkatkan kapasitas.
Baca: Cerita Wamen Alue Dohong Swafoto Bersama Raja Spanyol dan Salam untuk Presiden Jokowi
Untuk itu penting bagi kita untuk mendorong agar COP 25 ini menjadi momentum penguatan kapasitas pengendalian perubahan iklim.
Dalam menghadapi tantangan implementasi penuh Kesepakatan Paris, semua pihak perlu saling mendukung, baik antarnegara maju, antarnegara berkembang, maupun kemitraan antara negara maju dan negara berkembang.
Political will seluruh negara pihak menjadi sangat penting.
"Sebagai Wakil Ketua DPR, pimpinan partai politik, membumikan Politik Hijau Indonesia, melakukan pengarusutamaan isu perubahan iklim dan kelestarian lingkungan pada partai politik, lembaga legislatif.Tingkat nasional, kawasan Asia Pasifik maupun internasional," katanya.
"Memperkuat kemitraan politik dalam mendukung aksi Iklim, sebagaimana tema sentral COP 25, yaitu Time for Action," lanjut Cak Imin.