Qassim Soleimani, Jenderal Iran yang Dibunuh Amerika Lewat Serangan Udara
Profil Mayor Jenderal Qassim Soleimani, Ia Dipandang sebagai Musuh yang Tangguh, Hingga Ahli Strategi Berpengaruh.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Komandan Brigade Quds Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Qassim Soleimani gugur setelah kendaraan yang ditumpanginya diserang oleh pesawat tanpa awak Amerika Serikat.
Gugurnya Soleimani ini kemudian dikonfirmasi oleh Pentagon pada Kamis malam (2/1/2020).
Soleimani selama ini dikenal sebagai tokoh kunci politik Iran di luar negeri khususnya kawasan Timur Tengah.
Kematian pria yang dijuluki "Jenderal Bayangan" ini diprediksi memperkeruh ketegangan yang terjadi antara Iran dan Amerika Serikat (AS).
Lantas, siapa sebenarnya sosok Soleimani ini?
Berikut ini Tribunnews rangkum profil Qassim Soleimani dari berbagai sumber:
Qasem Soleimani atau Ghasem Soleimani merupakan Komandan Pasukan Satuan Elite Garda Revolusi Iran, Qods Force.
Ia kerap dijuluki pasukan bayangan (Shadow Commander) oleh media-media Barat.
Sosoknya diyakini sebagai otak operasi intelijen Iran hampir di semua palagan Timur Tengah.
Mulai Irak, Afghanistan, Lebanon, Suriah, hingga Yaman.
Dipandang sebagai Musuh yang Tangguh
Dikutip melalui New York Times, para pejabat Amerika Serikat telah lama mengamati Soleimani.
Menurut mereka, Soleimani merupakan musuh yang tangguh.
Dikabarkan, setelah Amerika melakukan invasi ke Irak pada 2003 untuk menggulingkan Saddam Hussein.
AS menuduh Soleimani merencanakan serangan terhadap Amerika.
Ahli Strategi Berpengaruh
Tanggung jawab Soleimani dalam memimpin Pasukan Quds Korps mendapat pengakuan.
Pemimpin dari Pengawal Revolusi Islam diakui sebagai ahli strategi utama di balik usaha dan pengaruh militer Iran di beberapa tempat.
Di antaranya Suriah, Irak, dan tempat lain di kawasan itu dan di luarnya.
Pejabat senior Intelijen Irak menyebut, Soleimani menggambarkan dirinya sebagai 'satu-satunya otoritas untuk tindakan Iran di Irak'.
Sebagai kepala pasukan elite Quds, Suleimani memainkan peran penting dalam arahan strategis dan operasi besar milisi.
Selama 8 tahun terakhir, Jenderal Soleimani telah menjadi orang paling berpengaruh di palagan Irak dan Suriah. Dia juga memimpin upaya Teheran mengonsolidasikan kehadirannya di kedua negara dan mencoba membentuk kembali wilayah tersebut sesuai keinginannya.
Pasukan Elite Quds yang dipimpinnya dinilai banyak kalangan sukses meredam keganasan milisi ISIS di Irak dan Suriah.
Berikut Tribunnews kutip pernyataan lengkap Departemen Pertahanan melalui portal berita CNBC Internasional:
"Atas arahan Presiden, militer AS telah mengambil tindakan defensif yang menentukan untuk melindungi personel AS di luar negeri dengan membunuh Qasem Soleimani, kepala Pasukan Pengawal Revolusi Iran-Pasukan Quds, sebuah organisasi teroris asing yang ditunjuk AS.
Soleimani secara aktif mengembangkan rencana untuk menyerang para diplomat Amerika dan anggota layanan di Irak dan di seluruh kawasan.
Jenderal Soleimani dan Pasukan Quds-nya bertanggung jawab atas kematian ratusan orang Amerika dan anggota layanan koalisi dan melukai ribuan lainnya.
Dia telah mengatur serangan terhadap pangkalan-pangkalan koalisi di Irak selama beberapa bulan terakhir - termasuk serangan pada tanggal 27 Desember - yang berpuncak pada kematian dan melukai personel tambahan Amerika dan Irak.
Jenderal Soleimani juga menyetujui serangan terhadap Kedutaan Besar AS di Baghdad yang terjadi minggu ini.
Pemogokan ini bertujuan untuk menghalangi rencana serangan Iran di masa depan.
Amerika Serikat akan terus mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi orang-orang kami dan kepentingan kami di mana pun mereka berada di seluruh dunia," tulis Departemen Pertahanan AS.
Selang beberapa jam, Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengunggah cuitan di akun Twitter.
Ia menjelaskan, pembunuhan Soleimani merupakan tindakan yang sangat berbahaya dan bodoh.
"AS memikul tanggung jawab untuk semua konsekuensi dari tindak kejahatannya," tulisnya.
Perkembangan terakhir, setelah serangan pada malam tahun baru yang dilakukan milisi yang didukung Iran di Kedutaan Besar AS di Baghdad.
Kabarnya, hari kedua serangan itu, Presiden AS Donald Trump memerintahkan pengerahan sekira 750 tentara AS dari Divisi Lintas Udara ke-92 menuju Timur Tengah.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani/Malvyandie Haryadi) (Tribun Jogja/Setya Krisna Sumargo)