Reynhard Sinaga di Mata Psikolog, Ini 3 Indikasi Kuat yang Dialami, Termasuk Homoseksual
Reynhard Sinaga di Mata Psikolog, Ada Indikasi Pelaku Alami Gangguan Oreinetasi Seksual
Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Masyarakat di dua negara, Inggris dan Indonesia tengah dihebohkan dengan terbongkarnya kasus pemerkosaan berantai yang dilakukan seorang WNI bernama Reynhard Sinaga.
Reynhard menjadi sorotan saat dirinya dijatuhi hukuman seumur hidup atas kejahatannya oleh Pengadilan Manchester, Inggris.
Dikutip dari channel YouTube KompasTV, ia telah memperkosa 190 orang dalam rentan waktu 1 Januari 2015 hingga 2 Juni 2017 atau 2,5 tahun.
Kasusnya mulai terbongkar saat seorang korbanya sadar dan langsung memukul pria berjuluk 'Predator Seks' ini.
Setelah melancarkan pukulan, korban melaporkan kejadian memilukan yang ia alami kepada kepolisian setempat.
Polisi kemudian melakukan penyelidikan mendalam dalam kasus yang disebut-sebut kejahatan serial rapists atau pemerkosaan berantai paling besar di negara Inggris.
Sekitar 800 video saat Reynhard aksi bejatnya menjadi barang bukti kuat untuk kepolisian mencari korban-korban yang diyakini akan bertambah jumlahnya.
Terlepas dari kasus yang membelit, pria kelahiran 19 Februari 1983 ini merupakan sosok yang memiliki latar pendidikan yang tinggi.
Dikutip dari laman theguardian.com, kedatangan Reynhard ke Kota Manchester dalam rangka memperoleh gelar PhD. pada ilmu geografi manusia di Universitas Leeds.
Sedangkan, untuk gelar S2-nya ia peroleh di Manchester University dan S1 Reynhard tempuh di Universitas Indonesia (UI), jurusan Arsitektur.
Baca: Serangan Rudal Iran ke Pangkalan Militer AS 'Dibalas' Donald Trump dengan Cuitan di Twitter
Psikolog sekaligus Kepala UPT Bimbingan dan Konseling Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Hudaniah, S.Psi., M.Si memberikan pandangannya terkait kasus yang membelit Reynhard.
Setelah mempelajari kasusnya, Hudaniah menilai Reynhard memiliki tingkat intelegensi yang baik.
Pendapat ini dilatar belakangi dari jumlah korbannya yang mencapai ratusan orang dan butuh waktu lamanya hingga kejahatannya terkuak.
"Dia itu orang yang pintar sehingga perilakunya lama terungkap"
"Orang yang pintar akan mampu, secara cerdas memanage perilaku, sehingga tidak mudah ketahuan. Dia menganalisis situasi secara baik," kata Hudaniah, Rabu (8/1/2020).
Hudaniah melihat ada kemungkinan Reynhard mengidap gangguan orientasi seksual.
Penyimpangan ini terlihat dari indikasi-indikasi yang diungkap di dalam persidangan maupun dari kehidupan sehari-hari Reynhard.
Indikasi pertama, dari jumlah keseluruhan korban, 48 yang telah teridentifikasi berjenis laki-laki.
"Korban sama-sama homoseksual, ternyata dia di group homoseksual, bukan orang asing di komunitas homoseksual di Inggris," kata Hudaniah.
Indikasi kedua, Reynhard mengidap gangguan orientasi seksual menurut dosen UMM ini dapat dilihat dari judul tesis S3-nya.
Diketahui Reynhard menyusun tesisnya berjudul: "Sexuality and everyday transnationalism among South Asian gay and bisexual men in Manchester (Seksualitas dan transnasionalisme sehari-hari di antara pria gay dan biseksual Asia Selatan di Manchester)"
Tesis yang diajukan pada Agustus 2016 silam ini ditolak dan Reynhard diberi waktu untuk melakukan koreksi.
Indikasi ketiga, dapat dilihat dari saat Reynhard melakukan aksi bejatnya saat memperkosa para korbanya.
Reynhard awalnya memberikan GHB alias gamma hydrozybutyrate untuk membuat tertidur.
Setelah tidak sadarkan diri, Reynhard melakukan aksinya. Tidak berhenti disitu, ia juga merekam dengan Reynhard adegan pemerkosaannya.
Ketiga indikasi ini yang membuat Hudaniah yakin Reynhard memiliki disorientasi seksual.
"Terangkai semua bahwa dia tertarik dengan kehidupan-kehidupan itu (homoseksual, red)," tegas Hudaniah.
Baca: Konflik Natuna antara Indonesia dan China, Prof Salim Said: Ngapain Loe Masuk Wilayah Gue
Peyebab disorientasi seksual
Hudaniah menduga penyebab gangguan oreinetasi seksual yang dimiliki Reynhard berasal dari pengalamannya waktu kecil, terutama dalam masa-masa emas perkembangan.
"Ada hal-hal yang terjadi, barangkali di golden age," katanya.
Menurutnya ada pengalaman teraumatis yang bisa saja dialami Reynhard ketika dirinya masih kecil.
Pengalam yang dimasud Hudaniah, bisa berupa tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis seperti rasa aman dan kasih sayang dari sang orangtua ketika umur 0 hingga 18 bulan.
"Bayi misalnya rewel dan dia tidak terpenuhi kebutuhannya. Maka bisa terbentuk rasa tidak percaya kepada orang dewasa yang ia bawa hingga besar," ujarnya.
Kemudian masa perkembangan anak dilanjutkan di usia anal diumur 3 tahunnya.
Artinya anak akan mengenal bagaimana untuk membuang dan menahan kebutuhan hajadnya di masa ini.
"Ketika kecil tidak mendapatkan pembelajaran benar, saat dewas dirinya tidak akan memiliki kompetensi yang baik untuk masa perkembangan selanjutnya," tutur Hudaniah.
Baca: 8 Fakta Kasus Reynhard Sinaga, dari Tidak Merasa Bersalah hingga masuk Wikipedia
Tahapan usia anal anak akan berlanjut ketika anak menginjak umur 6.
Dalam fase inilah anak akan bisa mulai mengenal namanya gender (perbedaan jenis kelamin).
Di usia inilah peran ayah dan ibu dibutuhkan untuk membetuk anak supaya bisa mengindentifikasi dengan baik siapa dirinya.
"Anak akan mengeksplorasi soal identitas dirinya sebagai laki-laki atau sebagai perempuan. Kalau laki-laki ia akan mengindentifikasi ayahnya"
"Jika perempuan akan melakukan mengindentifikasi dari ibu," tandas Hudaniah.
Proses indentifikasi yang tidak sempurna membuat anak memiliki orientasi yang salah ketika dirinya beranjak dewasa.
Bahaya yang dapat ditimbulkan adalah dirinya tidak mengetahui bagaimana cara memperlakukan orang lain yang memiliki jenis kelamin yang berbeda.
Dan dimungkinkan untuk melakukan hal-hal yang menyimpang di masa-masa dewasanya.
Hudaniah menekankan, untuk mengetahui permasalahan yang dialamai Reynhard soal disorientasi seksualnya perlu pengamatan mendalam.
"Kalau tidak berinteraksi langsung, kita tidak akan mendapat jawabannya. ," tutupnya. (*)
(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)