Rocky Gerung Tanggapi Panasnya Hubungan Iran dan AS: Trump Bikin Cemas Fans Liverpool
Pengamat politik Rocky Gerung turut berkomentar terkait memanasnya hubungan Amerika Serikat (AS) dan Iran.
Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Pengamat politik Rocky Gerung turut berkomentar terkait memanasnya hubungan Amerika Serikat (AS) dan Iran.
Diketahui, hubungan kedua negara tersebut memanas setelah AS mengklaim telah menewaskan jenderal pasukan elit Iran, Qassem Soleimani.
Kematian Qassem Soleimani tersebut membuat Iran bersumpah untuk melakukan balas dendam kepada AS.
Bahkan berpotensi sebagai tanda munculnya Perang Dunia III.
Terkait hal tersebut Rocky Gerung beranggapan kejadian tersebut berhasil membuat cemas fans club sepak bola Liverpool.
Pernyataan tersebut disampaikan Rocky dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube Rocky Gerung Official, Senin (13/1/2020).
Belakangan media sosial diramaikan oleh sekelompok supoter Liverpool yang percaya kalau Perang Dunia III pecah akan bisa menggagalkan mereka meraih gelar juara Liga Inggris musim ini.
Ada cukup banyak reaksi fans Liverpool soal ancaman Perang Dunia III, yang sebagian besar berisi guyonan semata.
Terkait hal tersebut, Rocky pun juga melontarkan guyonannya untuk club sepak bola tersebut.
"Saya bersimpati kepada Liverpool yang kelihatannya akan gagal menjadi juara karena perang dunia ke-3," ujar Rocky yang lantas tertawa.
Lebih lanjut, Rocky menjelaskan soal perang dunia ketiga bisa terjadi yang dipicu karena tewasnya Qassem Soleimani.
"Bisa, karena orang menunggu semacam siklus sejarah jangka panjang," terang Rocky.
Menurut Rocky, dalam sejarah ada yang disebut siklus stabilitas dan instabilitas.
"Bahkan sering disebut bahwa damai itu sebetulnya hanya jarak di antara dua perang, itu filosofinya," jelas Rocky.
"Jadi sebetulnya kita hidup dalam selalu dalam keadaan perang, damai itu hanyalah eksepsion aja," tambahnya.
Rocky beranggapan, tema akhir-akhir bahwa ada akumulasi kekuatan China yang kebetulan terjadi bersamaan dengan AS yang dipimpin oleh Donald Trump dari Partai Republik.
Kedua negara tersebut sama-sama mempunyai tradisi dan filosofi real power atau biasa disebut tradisi kaum realis.
"Dalam tradisi realis satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah adalah dengan perang," terang Rocky.
Menurut Rocky, perang itu tidak hanya menundukkan lawan tetapi juga menghidupkan ekonomi dalam negeri.
"Perang memang mesti diajukan sebagai satu variabel ekonomi," ujarnya.
Lebih lanjut, Rocky menjelaskan dalam rangka itu, di dunia sudah hampir setengah abad tidak ada persaingan super power.
Sedangkan menurut Rocky, di dunia selalu hidup dengan super power.
"China berupaya untuk menjadi super power tapi China mengalami problem ekonomi."
"Karena itu pasti dia akan tunda dulu sejenak, tapi tadi ada faktor yang tidak diprediksi oleh China misalnya," ungkap Rocky.
Faktor yang tidak diprediksi China tersebut menurut Rocky adalah terbunuhnya jenderal Iran, Qassem Soleimani.
"Nah kita tahu bahwa variabel-variabel dadakan semacam ini, bisa menjadi outlet untuk melepaskan kekuatan-kekuatan potensial," ujar Rocky.
Rocky menuturkan, sejarah selalu ajaib, ada kejadian kecil dan hal tersebut bisa menjadi kasus untuk melahirkan perang dunia.
"Kan orang kalau nggak terjadi sekarang kapan? Kan tetap bakal terjadi tuh,"
"Karena kalau nggak ada keseimbangan global itu, justru orang akan takut satu kekuatan akan mendominasi dunia," papar Rocky.
Lebih lanjut, Rocky menjelaskan hal tersebut bukan saja guyonan para pendukung Liverpool, walaupun buat mereka serius.
"Ya mungkin, saya kira buat liverpool itu membatalkan niat untuk jadi juara," terang Rocky.
Tonton video lengkapnya:
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri)