Antisipasi Coronavirus, Departemen Luar Negeri AS Pindahkan Staf Keluar dari Wuhan
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengumumkan rencana untuk memindahkan stafnya yang ada di Wuhan, China.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China diisolasi setelah coronavirus dinyatakan berasal dari sana.
Jumlah korban meninggal akibat terjangkit virus corona hingga Selasa (28/1/2020) mencapai lebih dari 100 korban.
Tercatat ada sekira 4.500 lebih kasus wabah coronavirus di berbagai belahan negara.
Amerika Serikat pun menaruh perhatiannya pada epidemi mematikan ini.
Departemen Luar Negeri AS mengumumkan rencana untuk memindahkan stafnya yang ada di Wuhan, China.
Dikutip dari NBCNEWS, Departemen Luar Negeri AS mengatakan akan memesan sejumlah penerbangan langsung menuju San Francisco.
Para staf yang berada di Wuhan rencananya akan diterbangkan kembali ke Amerika, Selasa (28/1/2020) ini.
Diketahui, Kota Wuhan saat ini masih diisolali oleh pemerintah demi menutup penyebaran coronavirus.
Pemerintah China juga mengeluarkan larangan transportasi ke-16 kota di provinsi Hubei yang diketahui merupakan episentrum wabah.
Diberitakan sebelumnya, Prancis telah mengonfirmasi tiga orang jatuh sakit akibat wabah coronavirus.
Menyusul informasi itu, Jerman juga telah mengonfirmasi ada satu pria warganya yang terjangkit wabah ini.
Pemerintah Bangun Rumah Sakit Berkapasitas 1.000 Tempat Tidur
Pemerintah China mengantisipasi dalam menghadapi serangan wabah corona virus dengan membangun rumah sakit khusus menangani pasien yang terjangkit virus corona.
Rumah sakit itu diketahui memiliki kapasitas 1.000 tempat tidur.
Diketahui, sebanyak 25 orang telah menjadi korban tewas virus corona.
Pemerintah menyampaikan lebih dari 800 orang telah terinfeksi.
Dikutip dari portal berita Mothership, penyebaran virus corona diyakini berasal dari Wuhan, China Tengah pada Selasa (31/12/2019).
Changjiang Daily mewartakan, pada Jumat (24/1/2020) bangunan rumah sakit dibangun dengan bahan prefabrikasi.
Mesin-mesin yang digunakan untuk membangun rumah sakit tiba di lokasi pada Kamis malam (23/1/2020).
Di antaranya 35 mesin penggali dan 10 buldoser.
Berdasarkan laporan yang dibagikan, pembangunan proyek ini adalah untuk mengatasi kekurangan sumber daya medis yang ada.
"Karena itu akan menjadi bangunan prefabrikasi, itu tidak hanya akan dibangun cepat tetapi juga tidak akan memakan biaya banyak," papar laporan tersebut.
Melansir dari Global Times, rumah sakit corona mirip dengan Xiaotangshan yang dibangun 2003 lalu.
Xiaotangshan difungsikan sebagai pusat medis di pinggiran utara Beijing untuk merawat pasien yang terpapar virus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Pada 2003, rumah sakit khusus SARS dibangun dalam waktu tujuh hari.
Rumah sakit SARS itu dibangun dengan kapasitas 1.000 tempat tidur.
Dikutip dari Kompas.com yang melansir portal berita lokal Jiemian melaporkan, Pemerintah Wuhan sebuah kota besar di tepi Sungai Yangtze dengan populasi 11 juta memerintahkan perusahaan konstruksi milik perat merah untuk merancang dan membangun fasilitas darurat di Distrik Caidian.
Kompleks kesehatan itu di bangun dengan luas area sekira enam hektare.
Dikabarkan pembangunan kompleks rumah sakit corona ini mendesak lantaran jumlah pasien demam mengalami lonjakan.
Sejumlah rumah sakit yang ada dipenuhi antrean panjang dan kekurangan tempat tidur.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani) (Kompas.com/Hilda B Alexsander) (Mothership)