UPDATE Hari Ke-6 Sidang Pemakzulan Donald Trump, Ken Starr: Mirip Perang, Impeachment Adalah Neraka
Ken Starr sebut zaman impeachment ini seperti perang. Dengan tegas mengatakan pemakzulan presiden adalah neraka.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Sidang impeachment (pemakzulan) Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di level Senat memasuki hari keenam.
Pengacara Donald Trump, Jay Sekulow bersikeras mengaku tidak ada yang salah dari urusannya dengan pemerintah Ukraina.
Serperti yang dikataknnya pada sidang impeachment level Senat, Senin (27/1/2/2020).
Demikian sebagai pengantar pembelaan tim hukum Trump, termasuk presentasi dari penasihat independen Ken Starr.
"Bagaimana kita bisa sampai di sini, dengan pemakzulan presiden yang sering disebut dalam ketidakstabilan yang inheren dengan sengit ini?," kata Ken Starr yang dikutip dari NBCNEWS.
Berikut Tribunnews rangkum lima poin kunci pada sidang Senat hari keenam Donald Trump:
1. Tidak ada saksi
Dalam laporan The New York Times pada Minggu malam (26/1/2020), Bolton menulis dalam sebuah buku yang akan segera dirilis.
Di buku itu, disebutkan Trump mengatakan kepadanya bahwa dia menahan bantuan ke Ukraina sampai negara itu mengumumkan sedang menyelidiki Komite Nasional Demokrat dan mantan Wakil Presiden Joe Biden.
Terkait hal itu, dalam argumen pembukaan tim hukum Trump, mereka menegaskan tidak ada hubungannya dengan hal itu.
Kepada Senator, pengacara pribadi Donald Trump mengatakan tidak ada saksi terkait hubungan langsung antara penyelidikan yang Trump inginkan soal pemotongan bantuan yang berkisar 400 juta dolar ke Ukraina.
"Tidak ada satu saksi pun yang memberikan kesaksian kepada presiden sendiri bahwa ada hubungan antara penyelidikan dan bantuan keamanan, pertemuan presiden, atau apa pun," tegas Sekulow.
Secara teknis, hal itu benar tetapi dua saksi potensial diblokir Gedung putih, yakni Bolton dan Pejabat Kepala Staf Pers.
Mick Mulvaney mengatakan pembekuan bantuan itu terkait dengan keinginan presiden untuk mencari tahu apa yang terjadi pada 2016 lalu.
Dalam konferensi pers, Mulvaney menuturkan, meskipun sejak itu Trump mencoba menolak klaim itu.
2. Pergerakan para Saksi
Laporan Bolton tersebut tampaknya berdampak pada Senator Republik.
Masih dilansir dari NBCNEWS, ,ereka dapat memilih untuk mendengar pernyataan saksi setelah sesi tanya jawab dengan para manajer dan pengacara Gedung Putih.
Sesi tanya jawab itu diperkirakan akan selesai pada hari Kamis (30/1/2020).
"Saya pikir semakin besar kemungkinan bahwa para Republikan lainnya akan bergabung dengan kita yang berpikir kita harus mendengar dari John Bolton," kata Mitt Romney, R-Utah.
Komentar serupa datang dari Senator Susan Collins, R-Maine.
"Aku sudah bicara dengan orang lain yang juga berpendapat tentang ini," tuturnya.
3. Soal pemecatan
Mantan Jaksa Agung Florida, Pam Bondi fokus melihat kinerja Hunter Biden di dewan perusahaan energi Ukraina, Burisma.
Pam Bondi mengatakan, putra wakil presiden itu menghasilkan 83 ribu dolar dalam satu bulan meski tidak memenuhi syarat dalam pekerjaan tersebut.
Hunter Biden menyarankan sang ayah mendorong agar seorang jaksa penuntut Ukraina dipecat karena berniat menyelidiki perusahaan tersebut.
Beberapa saksi dalam penyelidikan impeachment di level DPR bersaksi, pemerintah Amerika Serikat, Uni Eropa dan Mana Moneter Internasional ingin jaksa dipecat karena dia tidak menyelidiki korupsi, termasuk di Burisma.
Bondi menuturkan, semua tuduhan itu tidak berdasarkan.
"Ada dasar untuk membicarakan ini, untuk mengangkat masalah ini, dan itu sudah cukup," terangnya.
4. Membela Rudy Giuliani
Pengacara Trump lainnya, Jane Raskin buka suara.
Ia mengatakan kepada Senat bahwa Demokrat House menggunakan perjalanan pribadi pengacaraa Trump, Rudy Giuliani di Ukraina sebagai 'selingan penuh warna'.
Katanya, Guiliani berusaha membela Trump dalam penyelidikan Mueller dengan mencoba menemukan informasi bahwa Ukraina ikut campur dalam pemilihan 2016.
5. Jawab Ken Starr
Ken Starr diketahui pernah menjadi advokat pemakzulan presiden Bill Clinton.
"Kita hidup dalam apa yang saya pikir dapat dengan tepat digambarkan sebagai 'zaman impeachment'," katanya.
"Seperti perang, pemakzulan adalah neraka, atau setidaknya pemakzulan presiden adalah neraka," tambahnya.
"Kita yang hidup melalui pemakzulan Clinton, termasuk anggota badan ini, sepenuhnya memahami bahwa pemakzulan presiden sama dengan perang domestik," tambahnya.
Ia menambahkan, meskipun impeachment Trump ini dilindungi oleh Amandemen Pertama yang dijunjung tinggi.
Perang kata-kata dan perang gagasan menurutnya tidak dapat dihindari.
Sidang Pemakzulan Trump dapat dipantau melalui YouTube ABCNEWS berikut ini:
Pat Cipollone Angkat Bicara
Demokrat menuduh Trump menempatkan kepentingan politik pribadinya di atas keamanan nasional Amerika Serikat dengan menahan bantuan ke Ukraina.
Menurut Demokrat, hal itu dilakukan Trump untuk menekan Ukraina agar mengumumkan penyelidikan terhadap saingan politiknya, Joe Biden.
Terkait hal ini, pengacara Donald Trump Pat Cipollone angkat bicara.
Mereka menggemakan argumen, bahwa Demokrat tidak hanya berusaha membatalkan hasil pemilu 2016, tapi juga membatalkan pemilu yang akan datang pada 2020 ini.
"Mereka meminta mengeluarkan Presiden Trump dari pemungutan suara dalam pemilihan yang akan berlangsung sekitar sembilan bulan lagi," tutur Penasihat Gedung Putih, Pat Cipollone yang dikutip dari TIME, Sabtu (25/1/2020).
Cipollone lantas mengingatkan para Senator yang bertindak sebagai juri di sidang impeachment, bahwa Senat tidak pernah memvonis dan mengeluarkan seorang pemimpin negara dari jabatannya.
"Biarkan orang-orang memutuskan sendiri," tegas Cipollone.
Donald Trump Angkat Bicara
Sementara itu, Donald Trump menyambut dengan baik presentasi yang dibawakan oleh Cipollone.
"Setiap orang yang berpikiran adil, yang menyaksikan persidangan Senat hari ini, akan dapat melihat betapa tidak adilnya saya telah diperlakukan dan bahwa ini benar-benar tipuan impeachment yang benar-benar partisan," kata Trump.
"Bahwa semua orang termasuk Demokrat benar-benar mengetahui ini. Ini seharusnya tidak boleh terjadi lagi," tambah Trump melalui akun Twitternya @realDonaldTrump.
Wakil penasihat, Michael Purpura menguraikan enam poin pembelaan yang mendukung kasus mereka berdasarkan pandangan pertahanan.
Berikut ini enam poin tersebut tersebut yang dilansir TIME:
1. Catatan panggilan tidak secara eksplisit menunjukan bantuan keamaan pengkondisian Trump pada apapun.
2. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan dia tidak merasa Trump menekannya.
3. Pejabat Ukraina tampaknya tidak tahu bahwa bantuan telah ditunda sampai mengetahui ada panggilan tersebut.
4. Tidak ada saksi yang bersaksi bahwa Trump mengatakan ada quid pro quo.
5. Bantuan mengalir pada September 2019 tanpa tindakan publik dalam penyelidikan.
6. Dalam pandangan mereka, kebijakan Trump terhadap Ukraina dinilai murah hati.
"Apalagi yang perlu Anda ketahui?," kata Purpura.
Merujuk pada enam poin pembelaan itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan beberapa penasihatnya mengatakan mereka tidak merasa Trump mendorong Ukraina ke quid pro quo.
Berdasar pemaparan Zelensky, Trump juga tidak menyebutkan bantuan tertunda pada panggilan telepon itu.
"Tidak mungkin ada ancaman tanpa orang itu tahu dia sedang diancam," kata Zelensky.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)