Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Alasan China Airlines Minta Penumpang Bawa Tempat Minum Sendiri

China Airlines juga meminta penumpangnya untuk membawa termos atau tumbler sendiri selama berada di kabin pesawat, jika mereka ingin minum air hangat.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in Alasan China Airlines Minta Penumpang Bawa Tempat Minum Sendiri
China Airlines
Pesawat China Airlines. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM - Maskapai China Airlines dan afiliasinya, Tigerair Taiwan dan Mandarin Airlines tidak akan lagi menawarkan layanan penerbangan tujuan Hong Kong dan Makau.

Hal ini dilakukan dalam upaya untuk mengurangi penyebaran virus corona.

Keputusan untuk menghentikan layanan makanan dan minuman serta pendistribusian selimut, bantal, dan surat kabar ke wilayah bekas koloni Inggris dan Portugis itu diambil seiring dengan kebijakan terkait pembatalan penerbangan ke daratan China.

Langkah-langkah baru ini dirancang untuk mencoba membatasi risiko penumpang dan awak kabin terinfeksi virus mematikan, dengan menghilangkan kontak yang dianggap tidak perlu.

Baca: Puncak Virus Corona Diperkirakan Capai 7-10 Hari, Setelahnya Tak Ada Peningkatan Besar

Alih-alih memperoleh makanan yang fresh dan hangat, penumpang maskapai ini kini diberikan kotak makan siang sekali pakai atau makanan dalam paper bag.

China Airlines juga meminta penumpangnya untuk membawa termos atau tumbler sendiri selama berada di kabin pesawat, jika mereka ingin minum air hangat.

BERITA REKOMENDASI

Maskapai ini juga menyampaikan semua nampan lipat dan sandaran tangan akan didesinfeksi.

Sementara itu, Taiwan News menyampaikan informasi dari maskapai terbesar Taiwan bahwa satu-satunya penerbangan yang tidak akan memperoleh layanan di kabin adalah rute tujuan Hong Kong dan Makau.

Dikutip dari laman simpleflying.com, Rabu (29/1/2020), virus corona menyebar pada tingkat yang semakin mengkhawatirkan hingga Selasa kemarin.

Jumlah total orang yang dikonfirmasi terinfeksi virus ini naik menjadi 4.515 orang, nyaris dua kali lipat dari jumlah kasus yang terhitung pada hari sebelumnya.

Penyebaran virus yang begitu cepat dan fakta bahwa tidak ada obat yang bisa menjadi penawar virus ini pun membuat Pusat Pengendalian Penyakit di Amerika Serikat (AS) mengeluarkan peringatan tingkat tiga yang mengimbau agar warga AS tidak melakukan perjalanan ke China.

Meskipun titik episentrum wabah ini kini tengah diisolasi pemerintah China, pemerintahan yang berada di bawah kendali Presiden Xi Jinping itu mewajibkan seluruh warganya memakai masker di banyak kota.

Pemerintah China memang kini harus melewati perjuangan berat untuk menghentikan penyebaran virus ini.

Pada hari Senin lalu, para pejabat kesehatan China mengumumkan bahwa seorang laki-laki berusia 50 tahun telah meninggal karena penyakit ini di Beijing.

Kasus itu merupakan kematian pertama yang dikonfirmasi terjadi di wilayah tersebut.

Wabah penyakit ini diduga terjadi awalnya di pasar hewan di Wuhan, sebuah kota berpenduduk 11 juta jiwa yang terletak di provinsi Hubei, China.

Virus corona diketahui dapat menyebar antar manusia, setelah ditemukan beberapa kasus, seperti yang baru saja terjadi di negeri bavaria Jerman.

Sisi menakutkan dari virus ini adalah selain tidak ada vaksin yang bisa melindungi para pasien tertular, ada fakta bahwa para pasien yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun pada beberapa hari sebelumnya.

Ini mengindikasikan bahwa seseorang yang terinfeksi penyakit ini dapat melakukan perjalanan dan menularkan penyakit ini kepada orang lain tanpa menyadari bahwa mereka telah terkena virus corona.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), periode inkubasi bisa terjadi di mana saja, dan dalam rentang waktu satu hingga 14 hari.

Beberapa negara termasuk Jepang, telah bekerja sama dengan pemerintah China untuk mengatur penerbangan charter khusus bagi warganya yang terjebak di Wuhan.

Hong Kong pun menghentikan layanan kereta apinya yang menghubungkan wilayah itu dengan dataran China.

Saat dunia bersiap untuk mengevakuasi warganya, pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengkonfirmasi bahwa jalur kereta berkecepatan tinggi antara Hong Kong dan China Daratan akan ditutup mulai Kamis mendatang.

Perjalanan menggunakan pesawat, bus dan feri pun akan dibatasi untuk menghentikan penyebaran virus corona ke wilayah itu.

Walaupun selama ini terdengar sangat mengkhawatirkan, kebanyakan orang yang terinfeksi virus ini akan mengalami gejala yang sama seperti terkena flu biasa.

Menurut media China, Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) mengatakan bahwa anak-anak yang terkena virus corona umumnya mengalami gejala ringan.

Sementara orang-orang yang paling berisiko terkena virus ini adalah orang tua atau orang dengan penyakit pernafasan pra-eksisi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas