Pascameningkatnya Serangan Israel ke Sasaran Hizbullah, Ratusan WNI Pilih Bertahan di Lebanon
Para WNI mahasiswa mayoritas tinggal di wilayah Lebanon Utara atau wilayah yang relatif aman bahkan kampus juga belum menetapkan status darurat
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah terus mencoba mengevakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) yang masih berada di Lebanon untuk keluar dari negara tersebut
Namun banyak WNI menolak dievakuasi pascameningkatnya serangan Israel ke sasaran Hizbullah pekan lalu.
Hingga kemarin tercatat masih ada 116 WNI yang berada di Lebanon yang mayoritas WNI yang menikah dengan WN Lebanon, mahasiswa dan pekerja migran.
Jumlah fluktuatif karena ada WNI yang baru melakukan lapor diri ke KBRI Beirut, namun ada juga yang mengevakuasi diri secara mandiri.
”Ada beberapa yang bisa keluar dengan penerbangan komersial, ada yang baru lapor awalnya tidak tercatat setelah kami pendekatan akhirnya ada yang baru lapor diri,” kata Direktur Perlindungan WNI (PWNI) Kemlu RI, Judha Nugraha dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (5/10).
Para WNI mahasiswa mayoritas tinggal di wilayah Lebanon Utara atau wilayah yang relatif aman bahkan kampus juga belum menetapkan status darurat.
Para mahasiswa itu khawatir jika ikut evakuasi akan dianggap putus pendidikan,” katanya.
Baca juga: Konflik Palestina Vs Israel, Lebih dari 76.000 Orang Mengungsi di Libanon
Selain itu ada juga WNI yang tinggal di Lebanon Selatan, Beirut, Saida atau Sidon, bekerja di UNIFIL atau Pasukan Sementara PBB di Lebanon, serta beberapa lainnya bekerja di Tyre.
“Ini atas pilihan sendiri memang mereka tidak ingin melakukan proses evakuasi,” ujarnya.
Kemlu RI menyebut secara total ada 65 orang WNI yang sudah dievakuasi dari wilayah Lebanon.
Sebanyak 65 WNI ini dievakuasi lewat lima gelombang.
“Dari evakuasi yang sudah kita lakukan secara bergelombang dalam lima tahapan, sejak Agustus hingga saat ini total ada 65 WNI yang sudah berhasil kita evakuasi plus satu WN asing,” kata Judha.
Gelombang evakuasi para WNI dari Lebanon itu dilakukan pada 10 Agustus, 18 Agustus, 28 Agustus, dan teranyar pada 2 dan 3 Oktober 2024.
Evakuasi gelombang pertama, kedua, dan ketiga berjumlah 25 orang. Mereka dievakuasi melalui jalur udara dan saat ini sudah tiba di Jakarta.