Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Strategi PSK di China Tetap Dapatkan Pelanggan di Tengah Kepanikan Virus Corona

Dampak virus corona ternyata menyebabkan mereka menjadi tidak laku di mata pelanggannya hanya karena mereka orang China.

Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in Strategi PSK di China Tetap Dapatkan Pelanggan di Tengah Kepanikan Virus Corona
Kolase TribunStyle (The Paper dan Sky News)
Bekerja Nonstop Selama 10 Hari, Staf Medis Ini Meninggal Karena Kelelahan Tangani Pasien Corona. 

TRIBUNNEWS.COM - Sudah hampir menginjak 1 bulan lebih sejak virus corona menebar ancaman di negeri panda.

Hingga saat ini virus corona telah membunuh setidaknya 425 orang, sisanya sebanyak 17 ribu lebih terjangkit virus ini di China.

Bahkan organisasi kesehatan dunia WHO memperingatkan dunia bahwa wabah ini telah menyabkan dunia dalam situasi darurat.

Parahnya lagi, obat dari penyakit ini belum ditemukan, hanya sebagian besar penderitanya sembuh dengan cara berbeda-beda dan belum dipastikan obatnya.

Kini imbasnya tak hanya warga China di negaranya, namun orang-orang China di luar negeri mendapatkan dampak yang nyaris sama.

Sama halnya dengan kisah para wanita malam alias PSK China yang berada di Selandia Baru.

Dampak virus corona ternyata menyebabkan mereka menjadi tidak laku di mata pelanggannya hanya karena mereka orang China.

BERITA REKOMENDASI

Tak hanya itu saja tindakan diskriminatif itu termotivasi oleh ras di kalangan klien mereka.

Baca: Ibu Hamil Terinfeksi Korona, Detik-detik Setelah Melahirkan Langsung Tak Boleh Lihat Bayinya

Mengutip Daily Star, Selasa (4/2/20) karena hal itu berbagai cara dan upaya dilakukan oleh PSK asal China ini untuk tetap mendapatkan pelanggan.

Banyak dari mereka yang terpaksa menawarkan layanannya dengan potongan harga besar.

Tak hanya memangkas harga, mereka juga mengedit kewarganegaraan mereka dalam iklan online dan mengaku sebagai orang Korea atau Jepang.

Seorang wanita etnis Tiongkok ini mengaku mengubah kewarganegaraanya di iklan daringnya.


Dia juga memangkas tarifnya dari 180 dollar AS (Rp2,4 juta) menjadi setengahnya yakni 90 dollar AS (Rp1,2 juta).

Menurutnya, bisnisnya itu merosot lebih dari 50% dalam dua minggu terakir sejak histeria virus corona melanda seluruh dunia.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas