China Diduga Tutupi Jumlah Korban Tewas Sebenarnya Akibat Virus Corona, Bukan Cuma 908 Orang
Dalam laporan harian yang disajikan Senin (10/2/2020), terdapat 97 angka kematian baru, membuat jumlahnya tercatat 908 orang.
Editor: Hasanudin Aco
Bank sentral China menuturkan pada Senin ini, mereka akan mengucurkan pinjaman khusus 300 miliar yuan, atau Rp 585,7 triliun, agar pelaku usaha juga terlibat dalam pengendalian virus.
Beijing sempat menuai kritikan internasional karena berusaha menutupi jumlah korban virus corona, sementara di saat bersamaan mereka juga dipuji WHO.
Dari dalam negeri, publik menyuarakan kemarahan terlebih setelah kematian Li Wenliang, seorang dokter yang memperingatkan virus corona.
Dokter itu sempat didatangi polisi karena dianggap meresahkan masyarakat karena menyuarakan peringatan akan adanya virus baru yang berbahaya.
Dia dilaporkan meninggal pada Jumat (7/2/2020), setelah dirawat karena terinfeksi virus yang berasal dari Pasar Seafood Huanan tersebut.
Akademisi China termasuk yang menyuarakan kemarahan, dengan dua surat terbuka dipampang di media sosial menghendaki adanya kebebasan bersuara.
Beijing sebenarnya sudah merespons dengan mengerahkan badan anti-korupsi untuk menyelidiki kejadian tersebut, dan berusaha meredam kemarahan publik.
Namun Ian Lipkin, profesor Columbia University yang bekerja dengan China saat wabah SARS, berkata pencegahan awal bisa membuat perbedaan.
"Virus itu sudah meresap tanpa disadari siapa pun," katanya.
Jika karantina segera diterapkan, tentu pemerintah bisa langsung mengendalikannya.
Laporan dari Singapura
Sementara itu, virus corona telah menyebar ke pusat finansial Singapura.
Seorang pekerja dari perusahaan yang tak disebutkan namanya di Marina Bay Financial Centre Tower 1 telah dikonfirmasi terinfeksi virus corona pada akhir pekan lalu.
Dilansir dari Bloomberg, Senin (10/2/2020), hal ini diungkapkan oleh pengelola gedung, Raffles Quay Asset Management Pte, dalam pemberitahuan kepada penyewa.