AS Bersiap Menghadapi Kemungkinan Terburuk Penyebaran Virus Corona
Seorang pejabat kesehatan AS menerangkan, negaranya harus bersiap dengan penyebaran virus corona yang menurutnya "tak terhindarkan".
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON DC - Seorang pejabat kesehatan Amerika Serikat (AS) menerangkan, negaranya harus bersiap dengan penyebaran virus corona yang menurutnya "tak terhindarkan".
Saat ini, terdapat 53 kasus yang terkonfirmasi, di mana otoritas terkait menyerukan kepada Kongres agar segera menyerahkan dana besar guna melakukan pencegahan.
Presiden Donald Trump menuturkan bahwa virus corona sudah "tertangani dengan baik".
Meski begitu, ketakutan akan virus itu membuat pasar saham turun dua hari beruntun.
Lebih dari 2.700 orang meninggal dan 80.000 lainnya terinfeksi penyakit dengan nama resmi Covid-19 itu, di mana sebagian besar korbannya berasal dari China.
Baca: Satu Orang Positif Virus Corona, 1.000 Tamu Hotel di Pulau Tenerife Langsung Dikarantina
Di luar China, Italia, Korea Selatan, dan Iran melaporkan kasus infeksi maupun korban meninggal virus yang tercatat pertama kali di Wuhan itu.
Dilansir BBC Selasa (25/2/2020), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS memperingatkan akan potensi menyebarnya virus itu.
"Kami meminta publik Amerika untuk bersiap terhadap segala kemungkinan jika situasinya buruk," ujar Dr Nancy Messonnier dari Pusat Nasional Imunisasi dan Penyakit Pernapasan.
Dalam konferensi pers, Messonnier mengatakan kini pertanyaannya bukanlah apakah virus itu bisa menjangkiti AS. Namun kapankah penyebarannya datang.
"Gangguan terhadap kehidupan sehari-hari mungkin akan bertambah parah." Demikian keterangan Dr Messonnier kepada awak media.
Peringatan itu menandai perubahan sikap CDC, di mana mereka hingga saat ini, fokus mereka adalah mencegah agar virus itu tidak sampai merembet ke seluruh AS.
Sejauh ini, sudah ada 14 warga AS yang terinfeksi virus corona, di mana 39 lainnya adalah warga asing, namun dirawat di Negeri "Uncle Sam".
Apa yang pejabat AS itu katakan?
Messonnier menjelaskan, pihaknya berbagai langkah penanganan, seperti membatasi jumlah siswa di kelas, hingga menerapkan tele-schooling berbasis internet.