WHO Peringatkan Corona Jangkiti Semua Negara, Belum Putuskan Pasien Bisa Tertular Lagi atau Tidak
Virus corona bisa mencapai sebagian besar negara di dunia.Ini adalah pernyataan dari World Health Organization (WHO) pada Jumat (28/2/2020)
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Virus corona bisa mencapai sebagian besar negara di dunia.
Ini adalah pernyataan dari Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Jumat (28/2/2020) di sebuah konferensi pers di Jenewa.
Mereka menyatakan ini, setelah ada laporan kasus pertama di Nigeria.
"Wabah semakin besar," ujar juru bicara WHO Christian Lindmeier dilansir Guardian.
"Novel corona yang menjangkau banyak negara."
"Jika tidak semua negara di dunia, ini sudah kami lihat dan peringatkan sejak beberapa waktu lalu," tambahnya.
Lima negara lagi telah melaporkan kasus Covid-19 pertama mereka.
Semuanya dengan sejarah perjalanan yang terhubung ke Italia - Nigeria, Estonia, Denmark, Belanda dan Lithuania.
Lindmeier menambahkan, WHO sangat hati-hati memeriksa laporan beberapa orang yang terinfeksi ulang.
"Kami perlu hati-hati melihat bagaimana tes dilakukan, bagaimana orang itu diperiksa."
"Jika itu mungkin diabaikan bahwa orang itu masih memiliki virus di suatu tempat di residu dalam tubuh."
"Atau mereka terinfeksi ulang dengan cara atau cara yang berbeda," ungkapnya.
Baca: Soal Virus Corona, Menkes: Ikuti aturan WHO dan Jangan Paranoid
Baca: WHO: Waktu untuk Cegah Penularan Virus Corona ke Seluruh Dunia Hampir Habis
Kendati demikian, WHO tidak dalam kapasitas untuk menjawab bisa tidaknya pasien tertular lagi.
"Kami tidak dalam posisi untuk mengatakan itu mungkin atau tidak untuk kembali dan terinfeksi ulang."
"Secara umum, kami berharap, seseorang yang memiliki infeksi coronavirus akan kebal, setidaknya beberapa saat sesudahnya."
"Tetapi sekali lagi ini adalah sesuatu yang belum kami ketahui," tutup Lindmeier.
Sementara itu, setelah wabah mematikan ini masuk ke London, sejumlah pakar menerangkan tentang potensi penyebaran virus ini.
Dr Babak Ashrafi asal Inggris, mengatakan bahwa para ahli belum tahu kepastian terkait hal ini.
"Karena jenis virus corona ini baru, kami tidak memiliki cukup data untuk memahami berapa lama kekebalan tubuh bisa bertahan setelah infeksi awal," terangnya dilansir Metro.
"Para ahli tengah sibuk mengumpulkan informasi dari mereka yang telah terinfeksi."
"Gunanya, untuk melihat seberapa baik sistem imun tubuh mereka, dan berapa lama mereka akan tetap kebal," tambahnya.
Menurut Ashrafi, tubuh manusia akan menyesuaikan ketika sebuah virus masuk ke dalam tubuh.
Tubuh akan belajar cara melawan benda asing itu, dan menghindari timbulnya gejala lagi.
"Namun, seperti pikiran kita, tubuh juga bisa melupakan ini dari waktu ke waktu."
"Kekebalan juga dapat hilang seiring waktu, setelah infeksi," ujarnya.
WHO Sebut Pertumbuhan Corona di Luar China Lebih Masif
World Health Organization (WHO) mengatakan, sekarang ada lebih banyak kasus virus corona yang dilaporkan setiap hari dari luar China pada Rabu (26/2/2020).
Ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menjelaskan, kepada para diplomat di Jenewa.
"Kemarin, jumlah kasus baru yang dilaporkan dari luar China melebihi jumlah kasus baru di China."
"Ini merupakan pertamakalinya," kata Tedros dilansir Daily Mirror.
Baca: Satu Pekerja Migran Indonesia di Taipei Dinyatakan Positif Virus Corona
Badan kesehatan PBB menyebutkan, jumlah kasus baru di China ada 411 tercatat pada Selasa lalu.
Sedangkan, di luar negeri ada 427 kasus baru.
Pemerintah di seluruh dunia, kini tengah berjuang untuk mencegah penyebaran patogen mematikan ini.
Setelah sebelumnya, terjadi lonjakan kasus yang tinggi di Italia, Iran, dan Korea Selatan.
Tedros menjelaskan, bahwa hingga kemarin pagi ada 78.190 kasus Covid-19 yang terdaftar di China.
Termasuk ada 2.718 kasus kematiannya.
Baca: Arab Saudi Stop Sementara Umrah karena Virus Corona, Biro Perjalanan: Jadwal Ulang atau Refund
Data ini sebanding dengan 2.790 kasus dan 44 kematian yang dilaporkan 37 negara luar China.
Pada pidatonya kemarin, Tedros mengakui kenaikan kasus di luar China telah mendorong WHO untuk segera menetapkannya sebagai pandemi.
"Kita seharusnya tidak besemangat dengan menyatakan (corona) sebagai pandemi," katanya.
Dia menyebut, deklarasi semacam itu justru memberi sinyal bahwa virus ini tidak terbendung lagi, dimana kenyataan ini tidak benar adanya.
"Kita bisa memenangkan pertarungan, jika kita melakukan hal yang benar," tambahnya.
Tedros bersikeras, WHO tidak akan mengumumkan wabah corona sebagai sebuah pandemi.
Terkecuali, jika sesuai dengan keadaan dan diperhitungkan dengan akurat.
"Saya tidak meremehkan keseriusan situasi ini atau potensi ini menjadi sebuah pandemi."
"Dan memang ini memiliki potensi seperti itu," jelas Tedros.
Baca: Satu Pekerja Migran Indonesia di Taipei Dinyatakan Positif Virus Corona
Baca: Soal Virus Corona, Menkes: Ikuti aturan WHO dan Jangan Paranoid
Dia juga mengimbau, agar semua negara di dunia bersiap dengan paparan virus corona.
Kendati kini belum terdampak, tapi harus tetap waspada.
"Semua negara, memiliki kasus atau tidak harus bersiap menghadapi potensi pandemi," tambahnya.
Covid-19 berawal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Menurut para ahli, virus mematikan ini berasal dari pasar hewan di sana dan kebiasaan makan makanan liar warga China.
Oleh karena itu, kini Pemerintah China juga telah memberlakukan peraturan larangan jual beli dan konsumsi satwa liar.
Hingga berita ini diturunkan, wabah virus corona telah menginfeksi 58 negara di dunia.
Empat negara dengan kasus terbesar adalah China, Italia, Iran, kapal Diamond Princess di Jepang, dan Korea Selatan.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)