Lawan Hoax Soal Virus Corona, Pemerintah Singapura Gunakan Teknologi Penyebar Pesan
Pemerintah Singapura memanfaatkan aplikasi pesan yakni WhatsApp untuk menangkal berita-berita bohong atau hoax seputar virus corona di masyarakat
Penulis: Isnaya Helmi Rahma
Editor: Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah negara kini tengah menghadapi tantangan soal penyebaran virus corona (Covid-19) yang mewabah pertama kali di Wuhan, China.
Seiring merebaknya kasus corona, muncul juga beragam berita palsu (hoax) yang beredar di tengah masyarakat dan menimbulkan sejumlah kepanikan.
Menariknya, pemerintah Singapura dengan sigap dapat mengatasi permasalahan tersebut.
Satu di antaranya, yakni dengan menggunakan aplikasi pesan yang paling banyak digunakan oleh warganya, yakni WhatsApp.
Hal ini disampaikan oleh Koresponden Kompas Tv di Singapura, Okky Madasari dalam program Rosi yang dikutip dari YouTube Kompas tv, Jumat (5/3/2020).
Sebelumnya Okky menuturkan sejak adanya wabah virus corona hingga sekarang sudah ada 16 hoax yang beredar di Singapura.
"Jadi sejak kota Wuhan di-lockdown pada 24 Januari 2020 hingga sekarang pemerintah Singapura sudah mengkompilasi data ada 16 hoax beredar," ujarnya.
"Dan itu dipublikasikan secara terbuka melalui laman resmi pemerintah sekaligus dengan konfirmasinya," imbuhnya.
Okky mengungkapkan pemerintah setempat cukup sigap dalam menanggapi dan meluruskan kabar-kabar palsu yang beredar tersebut.
"Hal itu tidak baru-baru ini dilakukan, melainkan seketika saat ada hoax maka akan langsung di tanggapi dan disebarkan (konfirmasinya)," ungkap Okky.
"Dari 16 berita bohong itu hanya ada satu yang diedarkan oleh berita arus utama, selebihnya beredar melalui Whatsapp grup dan sosial media," imbuhnya.
Namun, ia menuturkan hingga kini tidak pernah diketahui siapa sumber awalnya yang membuat berita-berita bohong tersebut.
Baca: Usut Penyebaran Data Pribadi Pasien Corona, Polri : Harus Ada Laporan dari Korban
Lebih lanjut Okky menjelaskan satu di antara langkah pemerintah Singapura dalam memerangi hoax yang beredar.
Negeri Singa itu telah memanfaatkan teknologi yakni melalui sebuah aplikasi pesan, WhatsApp.
Di mana sekiranya pemerintah dapat memberikan informasi kepada masyarakatnya dengan akurat dan cepat.
"Sejak 2019, sebenarnya mereka sudah membuat saluran WhatsApp yang langsung di terima oleh warga negaranya," ujarnya.
Mengingat hoax banyak disalurkan melalu WhatsApp grup, sehingga pemerintah memberikan informasi menyerangnya juga melalui cara yang sama.
Baca: Covid-19, Salat Jumat di Seluruh Negeri Dibatalkan Pemerintah Iran, Antisipasi Penularan Corona
Sehingga, sebelum pesan berantai yang berisi berita palsu tersebar secara luas, pemerintah telah lebih dulu memberikan informasiyang sebenarnya kepada warganya.
Okky menuturkan upaya yang dilakukan oleh otoritas di Negeri Singa ini juga mendapatkan apresiasi dari Badan Kesehatan Dunia atau WHO.
"Ini mendapatkan apresiasi dari WHO bahwa Singapura cukup sigap dalam menghadapi fake news (berita bohong) ini," tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Okky juga menjelaskan bagaimana pemerintah Singapura dalam mengangani panic buying yang sempat melanda warganya.
Panic Buying adalah membeli barang dalam jumlah besar karena kepanikannya atas suatu kejadian tertentu.
Menurut Okky punic buying di Singapura hanya terjadi satu kali saja.
Yakni setelah otoritas setempat menaikan level kewaspadaan terhadap suatu wabah.
"Panic buying itu sebenarnya hanya terjadi pada 7 Februari itu sesaat setelah pemerintah Singapura menaikan level kewaspadaan terhadap wabah ke warna oranye," jelas Okky.
"Di mana warna tersebut hanya satu level di bawah merah dan warna oranye ini memliki konsekuensi yang cukup terasa dalam kehidupan sehari-hari," imbuhnya.
Kendati demikian, Okky menyebut pemerintah Singapura cukup sigap dalam mengatasi hal tersebut.
"Otoritas setempat langsung membatasi pembelian di setiap supermarket," ujarnya.
"Terutama untuk kebutuhan sanitasi, sembako, dan hand sanitazer itu ada pembatasannya," jelas Okky.
Update Virus Corona
Dikutip dari Tribunnews.com, penyebaran virus corona atau Covid-19 semakin meluas hingga ke 88 negara di dunia.
Hari ini, Jumat (6/3/2020) ada dua kasus dugaan virus corona di Colorado.
Sesuai informasi pada laman thewuhanvirus.com, Jumat, (6/3/2020) hingga pukul 09.40 WIB, tercatat sebanyak 98.284 orang terinfeksi serta 3.358 orang meninggal dunia.
Namun banyak juga pasien yang dapat sembuh dari virus tersebut, yakni sebanyak 54.228 orang.
Di sisi lain, China melaporkan 30 kematian baru dan 143 kasus baru.
Sementara Korea Selatan melaporkan 196 kasus virus baru, total sekarang berjumlah 6.284. (*)
(Tribunnews.com/Isnaya Helmi Rahma, Yurika Nendri Novianingsih)