POPULER: Singapura Masih Dipuji Soal Corona, PM Lee Seperti Bapak
Tindakan Pemerintah Singapura untuk memberantas virus corona atau Covid-19 mendapat respons positif dari warganya
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Miftah

Singapura menangani virus corona dengan serius.
Baca: Kematian 1.000 Lebih, Italia Klaim Lockdown Efektif Tekan Corona
Keseriusan Singapura itulah yang membuat WHO memuji langkah yang dilakukan Singapura dalam menangani wabah corona.
WHO menjadikan Singapura sebagai contoh bagi negara-negara lain.
Singapura sendiri tengah menghadapi situasi serius.
Imported case datang dari banyak negara, bukan hanya satu.
Singapura telah menerapkan perbatasan perjalanan dari dan ke China, Iran, Korea Selatan, dan Italia.
Karena virus corona mungkin akan bertahan lama, Lee Hsien Loong meminta warganya untuk melakukan beberapa hal.
Misalnya, mulai menerapkan kebersihan diri, mengadopsi norma sosial baru dan menekan pertemuan massa, serta menjaga kontak fisik antara satu dengan yang lain.
Kegiatan masyarakat juga sudah dikurangi, terutama untuk manula yang lebih rentan virus corona.
1. Membatasi Pertemuan Massa
Singapura juga mengambil langkah besar soal pertemuan keagamaan.
Di Korea Selatan, kasus virus corona menyebar lewat kelompok keagamaan Shincheonji.
Di Singapura, dua kluster besar berasal dari kelompok gereja.
Kemudian ada beberapa warga Singapura yang baru-baru ini menghadiri Tabligh Akbar di Kuala Lumpur, Malaysia, terinfeksi virus corona.
Virus ini tentu saja bukan semata-mata masalah keagamaan.
Melainkan, virus diduga kuat bisa menyebar dengan cepat di tempat-tempat di mana banyak orang ramai berkumpul, seperti acara keagamaan.
Karena itu, Arab Saudi juga sementara ini menutup umrah untuk sementara.
Para pendeta menyampaikan khotbahnya lewat live streaming demi mencegah kerumunan di Saint Peter's Square.
Lee Hsien Loong meminta warga Singapura memaklumi kondisi saat ini, di mana pertemuan-pertemuan dibatasi.
2. Memprioritaskan Pasien yang Mengalami Gejala Serius
Selain membatasi perkumpulan massa, Singapura juga sudah mengantongi cara menangangi virus corona.
Dengan kemungkinan adanya ledakan jumlah penderita, rumah sakit dipastikan tidak bisa lagi menampung pasien.
Singapura tidak bisa lagi mengisolasi satu per satu suspect seperti saat ini.
Maka, perawatan di rumah sakit hanya dikhususkan untuk pasien yang sakit parah.
Seperti yang diketahui, 80 persen pasien virus corona hanya mengalami gejala atau sakit ringan.
Pasien yang paling berbahaya biasanya pasien lanjut usia, atau pasien yang memiliki penyakit lain sebelumnya, seperti tekanan darah tinggi atau masalah paru-paru.
Jika jumlah penderita makin banyak, pasien yang parah saja yang akan dirawat.
Sementara untuk penderita yang mengalami gejala ringan, disarankan untuk mendapatkan perawatan pribadi di rumah, istirahat, dan mengisolasi diri.
Sumber daya difokuskan pada pasien yang menderita sakit parah.
Dengan begitu, diharapkan jumlah kematian bisa ditekan.
3. Langkah-langkah Jarak Sosial
Selain menyiapkan rencana medis, jika ada ledakan pasien, Singapura juga akan melakukan tindakan pembatasan sosial lain agar tiap warga jaga jarak satu sama lain.
Langkah tersebut meliputi meliburkan sekolah, menekan jam kerja, atau menerapkan kerja dari rumah.
Langkah itu diharapkan bisa menjadi "rem" besar untuk menekan penyebaran.
"Rem" itu akan menahan penyebaran virus dan mencegah sistem kesehatan bekerja terlalu berlebihan.
Setelah situasi membaik, Singapura bisa kembali ke tindakan pencegahan dasar awal.
4. Singapura Tak Akan Mengisolasi Kota
Lee Hsien Loong menekankan dalam pidatonya bahwa situasi di Singapura saat ini terkendali.
Maka, Singapura tidak menyatakan status merah DORSCON.

Singapura juga tidak mengunci kota-kota seperti yang dilakukan di China, Korea Selatan, dan Italia.
(Tribunnews.com/Chrysnha, Tiara Shelavie)