Olimpiade di Tengah Wabah Corona, Wakil PM Jepang Taro Aso: Media Suka Kata Terkutuk
Pandangan media di Jepang yang saat ini melihat Olimpiade 2020 sebagai pengulangan kutukan Olimpiade, 40 tahun lalu.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Wakil Perdana Menteri Jepang, Taro Aso mengungkapkan media di mana pun suka dengan kata 'terkutuk' sebagai bagian dari beritanya.
Taro aso mengatakan kemungkinan Olimpiade 2020 bagian dari kutukan tersebut yang sekarang terjadi.
Sebelumnya, di dalam pembahasan anggaran di rapat dengan anggota parlemen kemarin, ada anggota parlemen yang mempertanyakan kelanjutan Olimpiade 2020 kepada Wakil PM yang juga Menteri Keuangan Jepang, Taro Aso.
Saat itu Taro Aso memberikan gambaran sejarah Olimpiade yang pernah gagal, 40 tahun lalu.
Dan pandangan media di Jepang yang saat ini melihat Olimpiade 2020 sebagai pengulangan kutukan Olimpiade, 40 tahun lalu.
![Logo Olimpiade dan Paralimpik Jepang 2020](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/logo-olimpiade-dan-paralimpik-jepang-2020_1.jpg)
Baca: Pelaku Pencabulan Anak di Gang Kecanduan Video Porno, Tak Punya Uang untuk Sewa Jasa Prostitusi
Baca: Cerita Kades di Kabupaten Pemalang Ciptakan Lagu Rap Awas Corona, Ini Aksinya
Itulah sebabnya Taro Aso menyindir bahwa kalangan media memang suka kata "kutukan" dituliskan dalam mengaitkan sejarah Olimpiade 40 tahun lalu dengan keadaan saat ini untuk Olimpiade 2020.
"Olimpiade, terkutuk adalah kata yang disukai media, tetapi kenyataannya demikian. Itu benar karena masalah terjadi setiap 40 tahun," ungkap Taro Aso dalam sidang parlemen khususnya rapat Dewan Keuangan dan Komite Keuangan, Rabu (18/3/2020).
"Saya pikir ada berbagai definisi bentuk sempurna. Olimpiade akan menjadi bentuk yang paling sempurna kalau memiliki peserta setidaknya 190 negara untuk dapat datang ke Jepang dan bersaing dalam babak kualifikasi yang adil," ujarnya.
![Pesawat khusus pembawa obor Olimpiade 2020 yang akan menjemput ke Yunani tiba di Bandara Haneda, Selasa (17/3/2020) baik JAL (kiri) maupun ANA (kanan).](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pesawat-khusus-pembawa-obor-olimpiade-2020.jpg)
Aso menambahkan, "Saya pikir sulit membayangkan pertandingan tanpa penonton, jadi diinginkan untuk mengadakan penonton tidak hanya dari Jepang tetapi juga dari negara lain."
Mengenai penundaan acara, Wakil Perdana Menteri Aso mengatakan, "Kontra olimpiade akan memuncak pada saat yang sama dengan satu peluang yang ada, dan akan ada cukup banyak pemain jika dikatakan akan ditunda satu tahun. Namun hal itu sulit, tetapi itu bukan cerita yang mudah karena di lain waktu, berbagai masalah komersial seperti hak siar terlibat. "
Wakil Perdana Menteri Aso juga mengomentari sejarah turnamen sebelumnya.
Baca: Kematian Akibat Virus Corona Melonjak, Rupiah Bergerak ke Level Terburuk Sejak 1998
Baca: Polda Papua Bentuk Tim Reaksi Cepat Penanganan Corona
"Turnamen Olimpiade musim dingin, yang seharusnya diadakan di Sapporo pada tahun 1940, menjadi batal, dan turnamen Moskow 1980 meledak di tengah jalan melalui boikot dari negara-negara barat. Setelah 40 tahun, itulah masalahnya kini kita hadapi bersama tantangan mengenai Olimpiade 2020," kata Taro Aso.
Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: info@jepang.com
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.