Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Antisipasi Terpapar Corona, Italia Tak Adakan Pemakaman dan Irlandia Pasang Masker pada Mayat

Salah satu warga Italia, Alfredo Visioli menghembuskan nafas terakhirnya setelah terjangkit Covid-19.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Daryono
zoom-in Antisipasi Terpapar Corona, Italia Tak Adakan Pemakaman dan Irlandia Pasang Masker pada Mayat
MARCO SABADIN / AFP
Orang-orang diizinkan untuk berjalan-jalan di luar sendirian di sekitar rumah mereka atau membawa anjing mereka jalan-jalan, asalkan mereka membawa formulir "sertifikasi otomatis" dengan mereka 

TRIBUNNEWS.COM - Salah satu warga Italia, Alfredo Visioli menghembuskan nafas terakhirnya setelah terjangkit Covid-19.

Penyakit ini merenggut label panjang umur padanya, karena meninggal pada usia 83 tahun.

Alfredo dimakamkan di tanah kelahirannya yakni Kota Cremona, Italia Utara.

Tidak ada keluarga maupun orang-orang terdekat Alfredo pada acara penguburannya.

Baca: Persentase Kematian Indonesia 2 Kali Dunia dan Italia Melebihi China

Bahkan upacara pemakaman pun tidak dilaksanakan sebagaimana lazimnya.

"Mereka menguburnya seperti itu, tanpa pemakaman, tanpa orang-orang yang dicintainya, hanya dengan doa dari pendeta," kata cucu Alfredo, Marta Manfredi yang juga tidak hadir dalam pemakaman kakeknya itu, dilansir Reuters.

Para pekerja medis membawa seorang pasien di bawah perawatan intensif ke rumah sakit sementara Columbus Covid 2 yang baru dibangun  pada 16 Maret 2020 untuk para pasien coronavirus di Gemelli di Roma. Wabah Virus Corona di Italia Makin Parah, Orang Berusia 80 ke Atas akan Dibiarkan Mati jika Kondisinya Kritis
Para pekerja medis membawa seorang pasien di bawah perawatan intensif ke rumah sakit sementara Columbus Covid 2 yang baru dibangun pada 16 Maret 2020 untuk para pasien coronavirus di Gemelli di Roma. Wabah Virus Corona di Italia Makin Parah, Orang Berusia 80 ke Atas akan Dibiarkan Mati jika Kondisinya Kritis (ANDREAS SOLARO / AFP)

Apalagi kalau bukan isolasi yang memaksanya untuk tetap tinggal di rumah.

Berita Rekomendasi

"Ketika ini semua berakhir, kami akan memberinya pemakaman yang nyata," sumpah Manfredi.

Pandemi global corona ini sempurna mengubah semua tradisi bahkan sampai pada penghormatan terakhir untuk seorang almarhum.

Seakan tidak ada lagi ruang tanpa Covid-19 di Italia, sebab ritual kuno untuk menghormati orang meninggal dan menghibur keluarga yang berduka dipangkas karena takut justru malah menjadi malapetaka sendiri.

Baca: Persentase Kematian Indonesia 2 Kali Dunia dan Italia Melebihi China

Baca: Korban Tewas Akibat Virus Corona di Italia Nyaris 3.000 Orang, Lockdown Diperpanjang

Virus yang telah menewaskan lebih dari 10.000 orang di dunia ini secara tidak langsung mengubah perspektif manusia atas kematian.

Dari mulai karena terjangkit infeksi Covid-19 yang serius hingga mungkin terkait spiritual yang lama ditinggalkan.

Ketakutan jenazah Covid-19 bisa menularkan wabah pun sudah dirasakan Iran.

Seperti diberitakan beberapa waktu lalu, pemerintah Iran menaburkan bubuk putih di areal pemakaman.

Disinyalir itu adalah kapur untuk mencegah penularan lebih lanjut kepada petugas pemakaman.

Irlandia juga demikian, pemerintah menghimbau pekerja kamar mayat untuk memakaikan masker untuk mayat-mayat tersebut.

Tujuannya tentu untuk mengurangi resiko penularan kepada yang mengurus jenazah ini.

Sementara itu perusahaan pemakaman di Italia menyiarkan prosesi pemakaman agar keluarga yang sedang dikarantina bisa mengikuti penguburan tersebut.

Sama halnya dengan Korea Selatan, angka infeksi yang sempat melonjak drastis menyebabkan penurunan angka pelayat di sejumlah jasa pemakaman.

Baca: Ridwan Kamil Mengaku Telah Lakukan Rapid Tes Corona di Jawa Barat

Di sisi lain Italia, Bergamo menyediakan sedikit waktu upacara penguburan.

Bergamo sendiri termasuk dalam wilayah dengan kasus Covid-19 yang cukup banyak.

Otoritas Pemakaman di Bergamo, Giacomo Angeloni mengaku setiap jam krematorium tidak henti diisi jenazah baru.

Padahal wilayah dengan 120.000 penduduk ini biasanya hanya menangani 5 sampai 6 orang meninggal pada hari-hari normal.

Melansir The Wuhanvirus, angka kematian Italia sudah melampaui China yakni 3.405.

Lebih sekitar 200 orang daripada China yang mengantongi 3.248 kematian.

Sedangkan persentase mortalitasnya sendiri mencapai angka 8,3 persen.

Pada Rabu lalu, tentara Italia mengirim 50 pasukan dan 15 truk ke Bergamo untuk membawa mayat-mayat tersebut ke daerah yang tidak lebih kewalahan dariapada kota ini.

Larangan datang ke pemakaman menurut Kepala Operasi Cruse Bereavement Care, Andy Langford telah merusak ritual dalam berduka.

Operasi Cruse Bereavement Care sendiri adalah badan amal Inggris yang menyediakan konseling bagi orang-orang yang berduka.

"Pemakaman memungkinkan suatu komunitas untuk bersatu, mengekspresikan emosi, berbicara tentang orang itu dan secara formal mengucapkan selamat tinggal," katanya.

"Ketika Anda merasa tidak memiliki kendali untuk berduka, dan merasakan saat-saat terakhir bersama seseorang, itu bisa menyulitkan cara untuk bersedih dan membuat Anda merasa lebih buruk," tambahnya.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas