Mengenal Ignaz Semmelweis, Pencetus Cuci Tangan hingga Selamatkan Wanita Melahirkan dari Infeksi
Google Doodle mempersembahkan apresiasi cuci tangan ini untuk Dr Ignaz Semmelweis, yang dikenal sebagai bapak pengendalian infeksi.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Ketika pandemi global corona atau Covid-19 terus menjangkiti jutaan orang di dunia, Google menyoroti pentingnya cuci tangan dengan kreasi doodle.
Google Doodle mempersembahkan apresiasi cuci tangan ini untuk Dr Ignaz Semmelweis, yang dikenal sebagai bapak pengendalian infeksi.
Semmelweis adalah seorang dokter asal Hongaria.
Melansir Independent, dia adalah orang pertama yang menemukan manfaat medis dari mencuci tangan.
Penemuannya ini juga sudah diakui secara luas.
Munculnya prosedur kesehatan cuci tangan, bermula ketika Semmelweis mendapatkan gelar dokternya di Universitas Vienna, Jerman, pada 1 Juli 1837.
Baca: Cara Pencegahan Corona: Jangan Sentuh Hidung hingga Cuci Tangan
Baca: Mana yang Lebih Efektif di Pesawat: Cuci Tangan Pakai Sabun atau Hand Sanitizer?
Ia kemudian memutuskan untuk fokus di bidang spesialis kebidanan.
Pada 20 Maret 1847, Semmelweis menunjukkan pentingnya tangan yang bersih ketika dia ditunjuk sebagai Kepala Residen di Klinik Bersalin di Rumah Sakit Umum Wina.
Mulai sejak saat itu, dia mengharuskan semua dokter untuk mendisinfeksi tangan mereka dengan larutan kapur diklorinasi.
Sebelum Semmelweis datang ke rumah sakit itu, ada sebuah penyakit demam yang sedang marak dan mewabah di RS tersebut, yaitu "childbed fever".
Banyak ibu-ibu melahirkan yang meninggal karena mengalami infeksi yang disebut demam nifas atau pasca melahirkan tersebut.
Setelah membuat penelitian terkait cuci tangan ini, Semmelweis menyimpulkan bahwa penyebab infeksi yang diderita para ibu pasca melahirkan adalah karena dokter itu sendiri.
Dokter-dokter diketahui membawa penyakit menular di tangan mereka dari kamar operasi untuk menangani ibu melahirkan yang baru.
Alhasil penelitian dan inisiatif disinfeksi tangan milik Semmelweis membuahkan hasil yang signifikan.
Baca: Pemkot Surabaya Akan Buat Bilik Disinfeksi untuk Tekan Penyebaran Corona
Persentase kematian ibu postpartum atau pasca melahirkan pertamakalinya turun dari 18,27 menjadi 1,27.
Kemudian menurut catatan pada Encyclopaedia Britannica, pada Maret dan Agustus 1848 tidak ada wanita melahirkan lagi yang meninggal di rumah sakitnya.
Terlepas dari pertanyaan terkait apa korelasinya angka kematian dengan cuci tangan, rekan-rekan Semmelweis tidak menyangsikan atau menolak idenya tersebut.
Namun akhir hayat dokter jenius ini sangat memprihatinkan.
Dia jatuh frustrasi melihat banyaknya korban dari ketidaksadaran dengan pentingnya kebersihan medis.
Akhirnya dia harus dirawat di rumah sakit jiwa dan mengakhiri hidupnya di sana.
Keyakinan dan penemuan Semmelweis akhirnya divalidasi dan diterima secara luas pada Teori Penyakit.
Selain membayar sejumlah apresiasi kepada Semmelweis, Google Doodle mengangkat kisah dokter ini untuk mendidik orang di seluruh dunia.
Doodle ingin menyampaikan betapa pentingnya cuci tangan ini.
Bahwa ternyata hal sederhana ini adalah metode paling efektif untuk mencegah penyebaran penyakit.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis anjuran mencuci tangan dengan baik.
Menurut WHO, butuh waktu setidaknya 20 detik untuk mencuci tangan dengan sempurna.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)