Hasil Uji Klinis di Amerika Serikat, Remdesivir Sembuhkan Pasien Covid-19
National Institutes of Health menyelenggarakan uji coba beberapa obat dan perawatan lain, di antaranya adalah remdesivir.
Penulis: Febby Mahendra
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Ada kabar menggembirakan mengenai obat untuk pasien Covid-19. Hasil uji klinis di Amerika Serikat (AS), pasien yang mendapatkan obat percobaan bernama remdesivir, telah pulih secara cepat dan sebagian besar pulang dalam beberapa hari.
STAT News melaporkan, Kamis (16/4/2020), setelah memperoleh video percakapan tentang uji coba.
Para pasien yang mengambil bagian dalam uji klinis obat semuanya memiliki gejala pernapasan dan demam tinggi, namun dapat meninggalkan rumah sakit setelah kurang dari satu minggu menjalani perawatan, kata dokter yang memimpin uji coba tersebut.
"Berita terbaiknya adalah sebagian besar pasien kami sudah ke luar, dan ini luar biasa. Kami hanya memiliki dua pasien yang meninggal," ujar dr Kathleen Mullane, seorang spesialis penyakit menular di University of Chicago yang memimpin uji klinis, kata dalam video tersebut.
Baca: Toyota Jepang Umumkan Perpanjang Penangguhan Operasi Pabriknya di Indonesia
Mullane tidak segera menanggapi permintaan komentar dari CNN.
Universitas mengatakan akan berkomentar begitu hasil resmi persidangan siap dipublikasikan.
Tidak ada terapi yang disetujui untuk Covid-19. Tetapi National Institutes of Health menyelenggarakan uji coba beberapa obat dan perawatan lain, di antaranya adalah remdesivir.
Obat, yang dibuat oleh Gilead Sciences, diuji terhadap Ebola dengan sedikit keberhasilan, tetapi beberapa penelitian pada hewan menunjukkan obat itu dapat mencegah dan mengobati Covid-19, SARS (sindrom pernafasan akut parah), dan MERS (sindroma pernafasan Timur Tengah).
Pada bulan Februari, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan remdesivir menunjukkan potensi terhadap Covid-19.
STAT mengatakan mereka memperoleh dan melihat salinan diskusi video Mullane dengan rekan-rekannya.
"Sebagian besar pasien kami parah dan sebagian besar dari mereka akan pergi (menginggalkan rumah sakit) pada enam hari, sehingga memberi tahu kami durasi terapi tidak harus 10 hari," katanya.
Baca: Jokowi Minta Data Virus Corona Dibuka Seluas-luasnya, Istana: Kita Harus Akui Ada Keterbatasan
Namun, uji coba tidak memasukkan apa yang dikenal sebagai kelompok kontrol, sehingga akan sulit untuk mengatakan apakah obat tersebut benar-benar membantu pasien pulih lebih baik.
Melalui kelompok kontrol, beberapa pasien tidak menerima obat yang sedang diuji sehingga dokter dapat menentukan apakah obat itu benar-benar mempengaruhi kondisi mereka.
Uji coba obat sedang berlangsung di puluhan pusat klinis lainnya.
Gilead mensponsori tes obat pada 2.400 pasien yang punya gejala parah Covid-19 di 152 lokasi percobaan di seluruh dunia.
Ini juga menguji obat pada 1.600 pasien yang punya gejala sedang di 169 rumah sakit dan klinik di seluruh dunia.
Gilead mengatakan pihaknya mengharapkan hasil dari persidangan pada akhir bulan ini.
"Kami memahami kebutuhan mendesak untuk pengobatan Covid-19 dan minat obat antiviral remdesivir yang kami selidiki," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan kepada CNN.
"Totalitas data perlu dianalisis untuk menarik kesimpulan dari uji coba. Laporan anekdotal, sambil mendorong, tidak memberikan kekuatan statistik yang diperlukan untuk menentukan profil keamanan dan kemanjuran remdesivir sebagai pengobatan untuk Covid-19," kata Gilead. (cnn/feb)