Media Asing Soroti Larangan Mudik di Indonesia di Tengah Pandemi Virus Corona
Indonesia telah memutuskan untuk melarang mudik tahunan yang biasanya berlangsung pada akhir Ramadan karena pandemi virus corona.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Indonesia telah memutuskan untuk melarang mudik.
Mudik merupakan 'eksodus' tahunan yang biasanya berlangsung pada akhir Ramadan.
Orang-orang pulang ke desa-desa mereka di seluruh nusantara.
Keputusan untuk melarang mudik ini merupakan sebagian dari upaya mengekang penyebaran virus corona di Indonesia.
Larangan mudik ini pun menjadi sorotan media asing, satu di antaranya Al Jazeera.
Baca: Ternyata Ini Alasan Presiden Baru Umumkan Larangan Mudik Lebaran
Baca: Ketemu Presiden Jokowi, Najwa Shihab Tanya Efektivitas PSBB Hingga Gagap Pemerintah Terkait Mudik
Awalnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan dia mengandalkan aturan di rumah saja.
Namun pada Selasa (21/4/2020) dia menyatakan mudik dilarang di tengah pandemi global.
"Saya telah mengambil keputusan, kami akan melarang mudik," kata Jokowi dalam pertemuan kabinet.
"Karena itulah persiapan relevan perlu dilakukan," tambahnya.
Sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama Muslim terbesar di dunia.
Setiap tahun, jutaan orang menggunakan kereta atau transportasi umum lainnya untuk pulang ke rumah menjelang Idull Fitri.
Di Indonesia sendiri, korban meninggal akibat virus corona telah mencapai 590 orang.
Angka tersebut merupakan yang tertinggi di Asia yang berada di luar China.
Terkait mudik, para ahli khawatir akan menambah penyebaran penyakit lebih lanjut.
Memutuskan Tidak Mudik
Lebih jauh, Ika Nur Afifah, asal Semarang, Jawa Tengah yang bekerja di Jakarta memutuskan tidak mudik.
Keputusannya ini karena dia menyadari risiko keselamatan keluarganya.
"Saya bisa membawa pulang penyakit ini, dan saya tidak ingin melakukan hal itu," kata Ika.
"Jika saya membawa virus, satu orang akan terinfeksi, maka akan ada lusinan orang lainnya," tambah perempuan 22 tahun tersebut.
"Jadi, lebih baik tinggal di rumah. Mudik dapat dilakukan lain waktu," tuturnya.
Studi Para Peneliti Universitas Indonesia
Pekan lalu, dalam sebuah studi yang dilakukan para peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia memperingatkan.
Mereka menegaskan, jika mudik dibiarkan berlanjut, akan terjadi infeksi virus corona pada jutaan orang di pulau Jawa pada Juli 2020.
Tanpa mudik, para peneliti mengatakan, angka infeksi dapat dipotong menjadi 750 ribu kasus.
Mudik tahun lalu tercatat sekira 19.5 juta orang.
Secara terpisah, analis sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmatai angkat bicara.
Rahmawati mengatakan, membatalkan mudik disambut dengan alasan kesehatan masyarakat.
Larangan mudik itu juga memiliki dampak signifikan pada mata pencahatian banyak orang yang bermigrasi dari desa ke kota.
Baca: Jika Masih Ada yang Nekad Mudik ke Jawa Timur, Ini Langkah Gubernur Khofifah
Baca: Presiden Jokowi Resmi Melarang Mudik & Berlaku Mulai 24 April, Ini Sanksi Bagi Warga yang Melanggar
Lebih lanjut, Jokowi mengatakan, 7 persen orang Indonesia sudah mudik tahun ini.
Sebagaimana yang diamati oleh Rahmawati banyak dari mereka sudah kembali ke kampung halaman mereka untuk mudik.
Sebagian orang kehilangan pekerjaan karena virus corona atau istirahat dari pekerjaan mereka di sektor informal.
"Jadi, ketika mereka tidak memiliki penghasilan, mereka memutuskan kembali ke kota asal mereka," kata Rahmawati.
Ia menambahkan, orang-orang memutuskan kembali ke keluarga mereka yang dapat mendukung secara ekonomi di tengah pandemi ini.
"Motivasi mudik bukan (hanya) budaya, tetapi (juga) karena aspek bertahan hidup," tambahnya.
"Ini yang perlu kita pahami," tegasnya.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)