2 Pernyataan Membingungkan Donald Trump Perihal Kesehatan Kim Jong Un
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump baru-baru ini mengeluarkan pernyataan yang makin membingungkan perihal kondisi Kim Jong Un.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
"Kami memantau laporan-laporan ini dengan sangat cermat," katanya saat wawancara dengan Fox News Selasa lalu.
"Seperti yang Anda tahu, Korea Utara adalah masyarakat yang sangat tertutup. Tidak ada pers bebas di sana."
Mereka sangat keliru dengan informasi yang mereka berikan tentang banyak hal, termasuk kesehatan Kim Jong Un," tambahnya.
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo juga mengatakan pemerintahan Trump mengawasi dengan cermat perkembangan yang menyangkut Kim.
"Kami mengamati situasi dengan sangat tajam," ungkapnya.
Rumor Kesehatan Kim Jong Un Buat Panik Pyongyang
Kabar hilangnya Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un hingga rumor meninggal membuat para warga Pyongyang melakukan panic buying.
Seperti diberitakan sebelumnya, diktator berusia 36 tahun itu sudah menghilang dari pandangan publik sejak beberapa pekan terakhir.
Tiba-tiba muncul kabar dari media Korea Utara di Seoul, bahwa Kim Jong Un dalam kondisi kritis hingga mati otak karena operasi jantung yang gagal.
Perkembangan terakhir adalah dokter yang memasang ring pada jantung Kim gemetar ketakutan sehingga mengakibatkan kegagalan.
Baca: Rumor Kim Jong Un Meninggal, Simak Fakta-fakta Kim Yo Jong, Sang Calon Pengganti
Baca: Selain Kim Jong Un, Kim Yo Jong Dinilai Lebih Kejam Juga dari Kakeknya Jika Jadi Presiden
Jadi Kim dikatakan dalam kondisi vegetatif, namun seorang sumber terpercaya mengklaim bahwa diktator itu meninggal dunia.
Banyaknya spekulasi ini alhasil memicu pertanyaan tentang keadaan sebenarnya dan ketakutan akan adanya perebutan kekuasaan di Pyongyang.
Sebagaimana dilaporkan The Sun dari New York Post, rak-rak di toko di Ibukota Pyongyang sudah kosong.
Barang-barang penting seperti deterjen, makanan, alat elektronik, serta alkohol sudah ludes terjual.
Produk-produk impor adalah barang yang pertama kali diserbu pembeli.
Tetapi beberapa hasil produksi dalam negeri seperti rokok dan ikan kaleng juga habis.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)