Pekerja Garmen di Bangladesh Kembali Bekerja di Tengah Lockdown
Ribuan pekerja tekstil telah kembali bekerja di pabrik-pabrik di Bangladesh di tengah-tengah lockdown virus corona secara nasional.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
"Saya takut ada virus corona sana," katanya kepada kantor berita AFP.
"Namun, saya sekarang lebih khawatir kehilangan pekerjaan, upah, dan tunjangan," tambahnya.
Bangladesh melaporkan lebih dari 5.900 infeksi virus corona yang dikonfirmasi dan 152 kematian, Senin (27/4/2020).
Para pembela hak-hak buruh megungkapkan kekhawatiran para pekerja yang kembali bekerja dapat menyebabkan ledakan kasus Covid-19.
Aktivis Kalpona Akter mengatakan kepada Al Jazeera, perhatian utamanya adalah keselamatan pekerja.
Ketakutan Virus Corona
Lebih dari empat juta orang bekerja di ribuan pabrik garmen di Bangladesh.
Pada tahun lalu, perusahaan tekstil di Bangladesh mengekspor pakaian senilai 35 miliar dolar AS ke beberapa distributor terkemuka dunia, misalnya H&M, Inditex, dan Walmart.
"Kami harus menerima virus corona sebagai bagian dari kehidupan," tutur Wakil Presiden Asosiasi Produsen dan Eksportir Pakaian Rajut Bangladesh, Mohammad Hatem.
"Jika kita tidak membuka pabrik, akan ada krisis ekonomi," kata Mohammad Hatem.
Bulan lalu, pemerintah mengumumkan adanya stimulus senilai 588 juta dolar untuk sektor yang berorientasi ekspor demi membayar pekerjanya.
Namun, produsen garmen mengatakan, dana itu tidak cukup untuk mengurangi krisis.
Ratusan pekerja tekstil akhirnya turun ke jalan-jalan di Dhaka, Minggu (26/4/2020).
Baca: Wanita di India Diperkosa setelah Jalani Karantina di Gedung Sekolah, Polisi Dihukum karena Lalai
Baca: Diplomat Bangladesh di Arab Saudi Positif Mengidap Covid-19
Pekerja garmen telah mengadakan protes kecil dalam beberapa pekan terakhir untuk menuntut upah yang hilang selama krisis.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.