Jepang Setujui Obat Remdesivir untuk Ebola untuk Penanganan Covid-19
Keputusan menyetujui remdesivir sebagai pengobatan virus corona disampaikan tiga hari setelah menerima aplikasi dari Gilead Sciences Inc.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Jepang menyetujui remdesivir digunakan sebagai obat melawan virus corona, Kamis (7/5/2020).
Keputusan tersebut disampaikan pihak terkait tiga hari setelah menerima aplikasi dari Gilead Sciences Inc.
Dikutip Tribunnews dari Bloomberg, perusahaan mengatakan dalam sebuah pernyataan.
Langkah cepat otoritas Jepang juga datang beberapa hari setelah AS mengizinkan remdesivir untuk penggunaan darurat pada pasien virus corona.
Lebih lanjut, proses persetujuan khusus diterapkan di Jepang.
Remdesivir dicadangkan untuk disituasi mendesak, di mana tidak ada alternatif, serta obat itu telah diizinkan digunakan di luar negeri.
Baca: Apakah Itu Remdesivir? Obat yang Disebut Hotman Paris agar Didatangkan oleh Presiden Jokowi dari AS?
Baca: Hotman Paris Sarankan Pemerintah Datangkan Remdesivir, Obat yang Dinilai Potensial Tangani Covid-19
Saham Gilead Naik 0,6 Persen
Lebih lanjut, Kepala Staf Medis Gilead Merdad Persey angkat bicara dalam sebuah pernyataan.
"Persetujuan Jepang terhadap remdesivir, merupakan pengakuan atas kebutuhan mendesat untuk merawat pasien yang kritis di Jepang," kata Parsey.
"Ini merupakan cerminan dari keadaan luar biasa dari pandemi ini," tambah Parsey.
Secara terpisah, saham Gilead dilaporkan naik 0,6 persen menjadi 77,95 dolar AS atau Rp 1,8 juta pada pukul 11.50 di New York.
Baca: Produsen Obat Gilead: Remdesivir Tunjukkan Hasil Menjanjikan
Baca: Hingga Vaksin Virus Corona Ditemukan, Jokowi Ungkap Masyarakat Harus Berdamai dengan Covid-19
Menekan Penyebaran Virus Corona
Menemukan pengobatan untuk Covid-19, dapat membuat dunia lebih dekat untuk mengurangi langkah-langkah lockdown.
Sebagaimana diketahui, berbagai negara menerapkan lockdown untuk membantu menekan penyebaran virus corona.
Secara terpisah, berdasar laporan yang diterbitkan April 2020, satu analisis awal menunjukkan remdesivir memberi harapan baru.
Dilaporkan, sekira dua pertiga dari kasus Covid-19 yang parah, 'membaik' ketika diberi remdesivir.
Untuk diketahui, beberapa uji coba remdesivir masih berlangsung.
Uji Coba di Tiongkok
Pada April 2020, WHO secara prematur menerbitkan hasil uji coba Tiongkok, secara tidak sengaja.
Tetapi WHO segera mencabut laporan tersebut.
Pihak WHO mengindikasi remdesivir tidak menunjukkan manfaat dalam mencegah kematian dan mengurangi viral-load.
Lebih lanjut, uji coba China dihentikan lebih awal setelah para peneliti berjuang mengumpulkan pasien.
Baca: Tim Ahli Medis Tiongkok Dikirim ke Korea Utara Terkait Spekulasi Kesehatan Kim Jong Un
Baca: Produsen Obat Gilead: Remdesivir Tunjukkan Hasil Menjanjikan
*WHO belum menyatakan obat atau vaksin apa pun untuk pengobatan virus corona. Penelitian lebih lanjut masih dilakukan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)