Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perfektur Aichi Terima 220 Pengaduan Masyarakat Terkait Pelanggaran Deklarasi Darurat di Jepang

Masyarakat melaporkan masih adanya toko yang masih buka, padahal pemerintah sudah memintanya untuk menutup seperti night club, karaoke dan sebagainya.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Perfektur Aichi Terima 220 Pengaduan Masyarakat Terkait Pelanggaran Deklarasi Darurat di Jepang
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Pos Polisi (Koban) di Ikebukuro Tokyo selalu ramai kedatangan masyarakat yang melapor berbagai hal. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kepolisian Perfektur Aichi Jepang sudah menerima lebih dari 220 pengaduan masyarakat terkait masa darurat nasional sebagai antisipasi virus Corona, selama sebulan terakhir ini.

Menurut Markas Besar Kepolisian Perfektur Aichi, 224 kasus yang diterima dari nomor telepon 110--panggilan mengenai virus corona-- diterima selama satu bulan terakhir ini.

Jumlahnya lebih lima kali dari 40 kasus yang terjadi pada bulan Maret 2020.

Jumlah laporan terbanyak adalah 58 kasus tentang toko yang buka.

Masyarakat melaporkan masih adanya toko yang masih buka, padahal pemerintah sudah memintanya untuk menutup seperti night club, karaoke dan sebagainya.

Kemudian ada 54 laporan tentang kumpulan banyak orang seperti "orang-orang berkumpul di taman" dan "banyak orang melakukan barbeque."

Ada lebih dari 110 kasus yang menunjukkan bahwa yang dilaporkan tersebut ternyata tidak menanggapi permintaan cuti atau menahan diri untuk ke luar rumah.

Berita Rekomendasi

Lalu ada kasus pelaporan mengenai penjualan masker.

Sebanyak 33 laporan tentang penjualan masker di jalan dan "50 masker dijual seharga 4 800 yen". Padahal normalnya 50 masker sekitar 1.000 hingga 1.500 yen.

Baca: Polisi Ingatkan Masyarakat Berhati-hati, Pembuat & Pengguna Surat Keterangan Palsu Bisa Dipenjara

Ada banyak laporan tentang masalah percekcokan, keributan, pertengkaran karena antisipasi virus Corona.

Banyak dari laporan tersebut yang tidak dikenakan tindakan keras, sehingga polisi mengatakan bahwa hal itu dapat menunda respons terhadap insiden dan kecelakaan.

"Jadi kami ingin mereka membuat panggilan setelah menentukan urgensi mereka. Di distrik perbelanjaan juga banyak keluhan muncul bahkan sampai menuju pertengkaran," ungkap sumber Tribunnews.com, Jumat (15/5/2020).

Sekitar pertengahan bulan lalu, pos polisi "Osu Shopping Street," jalan perbelanjaan terbesar di Nagoya, mulai menerima informasi tersebut.

Dikatakan bahwa ada sekitar 50 keluhan melalui e-mail dan telepon, seperti "Meskipun semua orang bersabar, hanya Osu yang memiliki banyak orang lalu-lalang terus-menerus" dan "Apakah Anda akan mengirim Corona dari Osu?"

Ada banyak restoran dan toko kelontong yang tidak tunduk pada permintaan penutupan di distrik perbelanjaan ini, dan dikatakan bahwa kebingungan telah menyebar di antara pihak-pihak terkait.

Seiji Hotta, Ketua Federasi Pusat Perbelanjaan Osu, mengomentari, "Maaf, saya merasa menyesal. Saya menahan diri, tapi saya minta maaf, meskipun demikian saya sulit untuk melakukan sesuatu terhadap mereka."

Baca: Manfaat Perawatan Menggunakan Daun Teh untuk Kesehatan Kulit, Simak Cara Melakukannya

Profesor Masashi Usui dari sekolah pascasarjana Niigata Seiryo University, yang berspesialisasi dalam psikologi sosial, mengomentari tindakan yang disebut "pengendalian diri".

"Saya pikir itu tindakan setelah perasaan harus melindungi kehidupan kita dan kota. Diperkirakan bahwa psikologi dari polisi yang menahan diri merupakan upaya keras mereka yang baik. Tapi mengapa tidak mematuhi hukum aturan dan etika? Jika polisi tidak menghukumnya, cobalah mnenghukum diri sendiri," papar Profesor Usui.

"Perilaku semacam ini terjadi tidak hanya saat ini tetapi juga di lokasi bencana yang menyebabkan kegelisahan. Patroli normal itu baik, tetapi ketika menyangkut pelatihan kekuatan atas nama polisi, masyarakat akan bingung," kata dia.

"Perilaku yang terlalu banyak akan menyebabkan saling curiga dan kecurigaan, dan bahkan setelah virus corona selesai, hubungan manusia lokal akan memburuk. Jika kita tidak mengambil jarak sosial sebagai penanggulangan terhadap infeksi, masyarakat perlu menyadari kembali bahwa cukup sulit menyatukan kembali hati yang telah terpisah," ujarnya.

Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: info@jepang.com

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas