Warga Tak Peduli Pandemi, Amerika Dalam Risiko Penularan Besar Covid-19
Amarah warga atas kematian Floyd membuat mereka tidak mengindahkan lagi peringatan social distancing Covid-19.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Sementara di Brooklyn, polisi melakukan sejumlah penangkapan terhadap pengunjuk rasa, pada Jumat (29/5/2020) lalu.
Terlihat pengunjuk rasa diborgol, dan dimasukkan ke mobil.
Bentrokan dengan polisi antihuru-hara pun terkadang tidak bisa dihindarkan terjadi dalam aksi ujuk rasa di sejumlah kota.
Aksi protes dimulai di Minneapolis, setelah kematian George Floyd pada Senin lalu, ketika seorang perwira polisi berkulit putih menekan lututnya ke leher Floyd.
Floyd dituduh melakukan transaksi dengan uang palsu, dan ia langsung diamankan polisi, tetapi justru sekaligus menemui ajalnya.
Gelombang unjuk rasa beberapa hari terus terjadi, dan bentrokan dengan polisi pun tidak bisa dihindarkan.
Satu kantor polisi pun menjadi sasaran kemarahan massa di Minneapolis.
"Kami memiliki dua krisis (Covid-19 dan kerusuhan akibat unjuk rasa) yang menghimpit satu sama lain," kata Walikota Minneapolis Jacob Frey.
Pemerintah negara bagian AS sedang khawatir akan bertambahnya jumlah kasus virus corona, karena massifnya aksi unjuk rasa warga memprotes kematian Floyd.
Para pemimpin negara bagian bahkan membagikan masker dan memperingatkan para pengunjuk rasa, 'mereka berada dalam risiko penularan besar Covid-19.'
Wali kota Atlanta, Keisha Lance Bottoms memperingatkan, "Jika Anda ikut dalam demo protes semalam, kemungkinan harus mengikuti tes Covid-19."
Sejauh ini lebih dari 6 juta kasus positif dilaporkan di seluruh dunia, dengan lebih dari 368.000 kasus kematian dan lebih dari 2,5 juta orag sembuh.
AS tercatat terburuk terkena wabah corona dengan lebih dari 1,7 juta kasus dan lebih dari 103.000 kasus kematian. (AP/Reuters/Washington Pos/New York Post)