Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Donald Trump Anggap ANTIFA Teroris, Mantan Polisi AS Sebut soal Teroris dalam Demo Bela George Floyd

Donald Trump anggap ANTIFA dan kelompok radikal sayap kiri sebagai dalang kericuhan demo antirasisme bela George Floyd.

Penulis: Ifa Nabila
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
zoom-in Donald Trump Anggap ANTIFA Teroris, Mantan Polisi AS Sebut soal Teroris dalam Demo Bela George Floyd
Mandel NGAN / AFP
Presiden AS Donald Trump 

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menganggap ANTIFA atau kelompok antifasisme sebagai organisasi teroris.

Sebelumnya, Daniel Linskey, mantan kepala polisi di Boston, Massachusetts, AS sempat menyebut soal adanya teroris yang menjadi penumpang gelap dalam demo membela George Floyd.

Diketahui, Trump menyebut ANTIFA sebagai organisasi teroris melalui akun Twitter @realDonaldTrump, Minggu (31/5/2020).

Trump menyebut pemerintah AS akan menggolongkan ANTIFA sebagai organisasi teroris.

"Pemerintah Amerika Serikat akan mengkategorikan ANTIFA sebagai Organisasai Teroris," cuit Trump.

Baca: Demo Bela George Floyd Ricuh, 50 Agen Rahasia Gedung Putih Terluka, Donald Trump Diamankan di Bunker

Baca: LIVE Streaming Suasana Demo di Minneapolis dan Kota Lain di AS, Tuntut Keadilan atas George Floyd

Dikutip Tribunnews.com dari foxnews.com, Trump menyalahkan ANTIFA dalam kekacauan demo membela George Floyd.

Sang presiden beranggapan ANTIFA termasuk dalang dalam kericuhan yang terjadi di berbagai penjuru AS ini.

Berita Rekomendasi

Pada Sabtu (30/5/2020), Trump juga menyebut kelompok radikal sayap kiri yang juga menjadi dalang.

"Ini adalah ANTIFA dan Radikal Sayap Kiri. Jangan salahkan pihak lain!" cuitnya.

Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, Linskey menyebut ada kelompok tertentu yang memanfaatkan momen demo itu untuk membuat kekacauan yang lebih parah di tengah masyarakat AS.

Linskey menganggap kelompok tersebut memiliki misi untuk menganggu kestabilan kehidupan masyarakat.

Melihat banyak kericuhan terjadi dalam demo bela George Floyd, Linskey teringat peristiwa penembakan remaja kulit hitam, Michael Brown pada 2014 lalu.

Pihaknya mendapati ada percakapan yang mencurigakan di Twitter dan diduga sebagai pihak teroris.

"Ketika saya di Ferguson untuk (Departemen Kehakiman) bersama dengan jajaran pemerintah Obama setelah penembakan Brown," ungkap Linskey.

"Kami melihat ada beberapa grup teroris dan organisasi di Pakistan dan wilayah lain yang membuat akun Twitter palsu dan rekayasa.

"(Akun Twitter) berkomunikasi dua arah, seolah mengasingkan satu sama lain dan muncul ke publik," sambungnya.

Sementara itu, menanggapi pembunuhan George Floyd oleh Derek Chauvin, Linskey mengaku benci melihat peristiwa rasisme itu.

Linskey menilai, tak ada orang yang tidak benci dengan peristiwa kejam itu.

Ia pun setuju dengan antirasisme yang digaungkan oleh peserta demo.

"Tak ada pihak lain di sini (selain pendukung George Floyd). Polisi setuju dengan para demonstran bahwa ini keterlaluan, polisi (Derek Chauvin) harus dimintai pertanggungjawaban," tegasnya.

Meski demikian, Linskey mengimbau masyarakat untuk waspada karena adanya penumpang gelap dalam demo.

"Tapi sekarang ada orang-orang yang membajak kemarahan warga, yang seharusnya sah-sah saja karena masalah rasisme dalam masyarakat," ujar Linskey.

"Dan mereka menggunakannya (demo) untuk melakukan kekerasan demi tujuan mereka sendiri," imbuhnya.

Linskey meminta para pendemo untuk tidak mudah terhasut orang lain yang mengatasnamakan diri mereka sebagai pembela George Floyd.

Baca: TERBARU Aksi Protes atas Kematian George Floyd Menjalar sampai ke Eropa, London Dibanjiri Demonstran

Baca: Ribuan Orang di London dan Jerman Bergabung dengan AS Memprotes Kematian George Floyd

Trump Diamankan di Bunker

Dikutip Tribunnews.com dari foxnews.com, pejabat senior Gedung Putih menyebut lebih dari 50 agen rahasia terluka dalam demo, Minggu (31/5/2020).

Para pendemo melempari botol hingga bom molotov ke arah gedung putih.

Di kota-kota lain, kekacauan juga dilaporkan sangat parah, banyak mobil yang dibakar.

Bahkan Gereja St John bersejarah di sekitar Gedung Putih juga turut dibakar oleh massa pada Minggu malam.

Pengunjuk rasa membentangkan spanduknya dalam aksi demonstrasi di depan Gedung Putih, Washington DC, Jumat (29/5/2020). Amerika Serikat dilanda kerusuhan hebat, pasca meninggalnya George Floyd akibat kehabisan nafas, setelah lehernya ditindih seorang petugas Polisi Minneapolis dalam sebuah penangkapan. AFP/JOSE LUIS MAGANA
Pengunjuk rasa membentangkan spanduknya dalam aksi demonstrasi di depan Gedung Putih, Washington DC, Jumat (29/5/2020). Amerika Serikat dilanda kerusuhan hebat, pasca meninggalnya George Floyd akibat kehabisan nafas, setelah lehernya ditindih seorang petugas Polisi Minneapolis dalam sebuah penangkapan. AFP/JOSE LUIS MAGANA (AFP/JOSE LUIS MAGANA)

Lantaran keadaan semakin genting, para agen rahasia membawa Trump ke bunker bawah tanah di Gedung Putih.

Kabar ini dibenarkan oleh pejabat senior kepada Fox News setelah kabar Trump itu muncul di The New York Times.

Pejabat tersebut mengungkap Trump memang sempat dibawa ke bunker, tapi tidak lama.

"Tidak lama. Namun Beliau ke sana (bunker)," ujar pejabat senior, Minggu.

Sementara itu, juru bicara Gedung Putih Judd Deere enggan berkomentar soal kabar sang presiden.

Pasalnya, hal tersebut adalah bagian dari protokol keamanan.

"Gedung Putih tidak berkomentar pada protokol dan keputusan keamanan," ungkap Deere.

Sebelumnya, Trump dikabarkan berada di sebuah mansion eksekutif pada Jumat (29/5/2020) saat gelombang protes semakin besar.

Trump disebut memantau jalannya demo dari mansion tersebut.

Pada Sabtu (30/5/2020), Trump sempat melontarkan pujian pada agen rahasia yang bekerja dengan sangat profesional.

(Tribunnews.com/ Ifa Nabila)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas