Cerita Para WNI di Amerika: Toko-Toko Ditutup Papan
"Saya sempat mau mengantar makanan ke Manhattan, terlihat panas saya stop dulu, mudah-mudahan segera baikan.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Rachmat Hidayat
Sementara Pendiri ‘New York Indonesian Food Bazaar' dan ‘Indonesian Gastronomy Association’, Fefe Anggono berujar, situasi di kota-kota besar semakin memanas.
"Di sini sekarang situasi mulai agak panas, terutama kota-kota besar seperti Manhattan, kalau kayak di Queens masih aman," imbuh Fefe.
Baca: Rusuh di Amerika, Toko Milik Warga Indonesia Ikut Dirusak Massa
Fefe kerap beraktivitas di luar rumah, karena membagi-bagi makanan kepada tenaga medis di sana. Ia sempat melihat suasana di pusat kota.
"Untuk di Queens, setelah kejadian semalam toko-toko besar sudah antisipasi jendela ditutup pakai kayu-kayu," ucap Fefe. Namun aktivitas Fefe, yang biasanya mengirimkan makanan untuk tenaga medis sedikit terganggu.
"Saya sempat mau mengantar makanan ke Manhattan, terlihat panas saya stop dulu, mudah-mudahan segera baikan. Kita jaga diri hati-hati," ucap Fefe, yang sudah tinggal di Amerika sejak 1998.
Baca: Ambisi Jurgen Klopp Bawa Liverpool Cetak Rekor Baru dalam Sejarah Liga Inggris
Sebelumnya, aksi unjuk rasa banyak terjadi di Amerika, imbas dari kematian George Floyd. Floyd adalah warga kulit hitam di Minneapolis, Minnesota yang meninggal setelah kepolisian setempat menindih lehernya dengan lutut beberapa hari lalu.
Floyd, yang lehernya tertindih, meronta-ronta meminta tolong namun polisi yang menahannya tidak menggubris. Kepolisian setempat baru panik setelah mengetahui Floyd tak lagi bernafas.
Mereka yang terlibat di peristiwa tersebut telah dipecat dari Kepolisian Minneapolis. Khusus Derek Chauvin, yang menindih George Floyd, telah diperkarakan secara hukum. Aksi tersebut memicu serangkaian unjuk rasa dan kerusuhan di berbagai tempat. Beberapa di antaranya di Los Angeles, Chicago, Philadelphia, Minneapolis, Oklahoma, dan New York.