Mulai dari Eks Kepala Pentagon Hingga Pemuka Agama Kritik Keras Cara Trump Tangani Kerusuhan
Cara Presiden Donald Trump tangani kerusuhan di Amerika Serikat tuai kecaman dari berbagai pihak. Siapa saja?
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Peristiwa foto op itu telah menjadi penangkal atas kritik yang dilangsungkan kepada penanganan Trump terhadap krisis, dengan para pemimpin agama, politisi dan masyarakat internasional yang mengekspresikan marah atas foto itu.
"Ketika saya bergabung dengan militer, kira-kira 50 tahun lalu, saya bersumpah untuk mendukung dan membela Konstitusi," kata Mattis.
"Saya tidak pernah bermimpi bahwa pasukan yang mengambil sumpah yang sama akan diperintah dalam keadaan apa pun untuk melanggar hak-hak Konstitusi sesama warga negara mereka," katanya.
"Apalagi untuk memberikan foto aneh untuk komandan terpilih dengan kepemimpinan militer yang berdiri di sampingnya."
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Mantan Kepala Pentagon: Trump Berusaha 'Memecah Belah' Amerika
Pemuka Agama Kecam Donald Trump
Melansir BBC Indonesia, Donald Trump dikritik keras oleh Keuskupan Agung Washington DC gara-gara memanfaatkan agama sebagai tameng terkait kerusuhan di Amerika Serikat.
Diketahui, Donald Trump sempat berfoto dengan memegang Alkitab di depan gereja.
Setelah itu, dia mengunjungi Kuil National Saint John Paul II di Washington DC, Selasa (2/6/2020).
Uskup Agung Washington, Wilton D Gregory, menyebut kunjungan itu sebagai "penyalagunaan" dan manipulasi atas Kuil Nasional Saint Paul II.
Dia pun menyebut aksi presiden tersebut "membingungkan" dan "tercela".
Dalam sebuah pernyataan menjelang kunjungan Trump ke Kuil Nasional Saint John Paul II, Uskup Agung Wilton D Gregory mengatakan itu melanggar prinsip-prinsip gereja, menambahkan bahwa umat Katolik semestinya membela hak semua orang.
Uskup Agung tersebut juga mengutuk upaya pembubaran unjuk rasa di luar Gedung Putih sehari sebelumnya demi Trump bisa berkunjung ke sebuah gereja, tempat ia memegang Alkitab di depan media yang tengah meliputnya.
Saint John Paul "tidak akan memaafkan penggunaan gas air mata dan penghalang lainnya untuk membungkam, menyebarkan atau mengintimidasi [pendemo] demi kesempatan untuk berpose di depan tempat ibadah," ujarnya.