Sosok Edward Colston, Patung 'Pedagang Budak' di Inggris yang Dirobohkan Massa Saat Demo Floyd
Pengunjuk rasa anti-rasisme di Inggris merobohkan patung seorang 'pedagang budak' yang hidup di abad 17-an.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Sri Juliati
Pada 1689, perusahaan ini telah mengangkut sekitar 100.000 orang Afrika sebagai budak ke Amerika, di mana orang-orang kulit hitam ini dicap inisial perusahaan RAC di dada mereka.
Kondisi yang tidak higienis dan sempit membuat para budak meninggal ketika dikirim, dan tubuh mereka dibuang ke laut.
Pada kematiannya di 1721, dia mewariskan kekayaannya kepada badan amal.
Warisannya itu hingga saat ini masih dapat dilihat di jalanan Bristol, monumen, dan bangunan.
Sebelum dilarung ke sungai, seorang demonstran sempat menindih leher patung untuk menirukan insiden yang dialami George Floyd.
Menteri Dalam Negeri, Priti Patel menyebut tindakan massa menghancurkan patung itu benar-benar memalukan.
"Ini berbicara tentang tindakan kekacauan publik yang telah menjadi selingan dari penyebab orang-orang memprotes," tambahnya.
Sementara massa bersorak saat berhasil menyingkirkan patung itu, pihak kepolisian mengaku sedang melakukan penyelidikan terhadap insiden ini.
"Ada sekelompok kecil orang yang jelas-jelas melakukan tindakan kejahatan dalam merobohkan sebuah patung di dekat Bristol Harbourside," kata polisi Avon dan Somerset pada Minggu (7/6/2020) lalu.
"Investigasi akan dilakukan untuk mengidentifikasi mereka yang terlibat dan kami sudah menyusun rekaman insiden itu," jelas pernyataan itu.
Baca: Setelah Pembunuhan George Floyd, Dewan Kota Minneapolis Ingin Bubarkan Kepolisian
Baca: Sempat Ditegur Wali Kota Washington DC, Trump Tarik Tentara Nasional dari Lokasi Demo George Floyd
Sejatinya patung Colson yang sudah berdiri di tengah Kota Bristol sejak 1895 ini banyak menuai kontroversi hingga adanya petisi untuk menghilangkannya.
Menurut polisi setempat, protes Black Lives Matter pada Minggu lalu di Bristol dihadiri sekitar 10.000 orang.
"Sebagian besar dari mereka yang datang untuk menyuarakan keprihatinan mereka tentang ketidaksetaraan rasial dan ketidakadilan melakukannya dengan damai dan penuh hormat," kata polisi Avon dan Somerset.
"Menjaga keamanan publik adalah prioritas utama dan untungnya tidak ada kasus kekacauan dan tidak ada penangkapan yang dilakukan," tambah polisi.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)