Pertama Kalinya dalam Sejarah, Kepala Angkatan Udara AS Dijabat Pria Afrika-Amerika
Pada Selasa (9/6/2020) senat mengonfirmasi bahwa seorang pria Afrika-Amerika menjabat sebagai Kepala Dinas Militer AS.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Pada Selasa (9/6/2020) senat mengonfirmasi bahwa seorang pria Afrika-Amerika menjabat sebagai Kepala Dinas Militer AS.
Pengangkatan seorang pria kulit hitam sebagai kepala militer menandai momen momen bersejarah di Amerika Serikat.
Dikutip dari CNN, ini adalah kali pertamanya komunitas kulit berwarna masuk ke dalam petinggi militer AS.
Wakil Presiden, Mike Pence memimpin pemungutan suara untuk menetapkan kepala Angkatan Udara yang baru.
Pemungutan suara berakhir di angka 0-98 dengan Jenderal Charles Q. Brown Jr. resmi terpilih menjadi kepala staf Angkatan Udara.
Pemungutan suaran ini dilatarbelakangi krisis rasial yang sedang memanas di Negeri Paman Sam.
Baca: AS Merapat Ke Taiwan, China Pamer Kekuatan Terhadap Wilayah yang Diklaim Sebagai Teritorinya
Baca: Jet tempur China Dekati Taiwan usai Pesawat Militer AS Melintas
Di mana saat ini masyarakat merasa kecewa dan dipenuhi amarah serta kesedihan kepada polisi atas kematian George Floyd dan orang Afrika-Amerika lainnya.
Beberapa hari sebelum pemungutan suara konfirmasi, Brown merilis sebuah video yang menyentuh.
Dengan emosional Brown mengatakan bahwa banyak orang Afrika-Amerika yang bernasib sama dengan George Floyd.
"Saya sedang memikirkan sejarah masalah rasial dan pengalaman saya sendiri yang tidak selalu menyanyikan kebebasan," katanya dalam video yang diposting di Twitter.
Dia bercerita tentang pengalamannya menjadi satu-satunya orang Afrika-Amerika di sekolahnya dan kerap menjadi satu-satunya orang kulit hitam di pletonnya.
"Saya sedang berpikir tentang mengenakan jas terbang yang sama dengan sayap yang sama di dada saya dengan rekan-rekan saya dan kemudian diinterogasi oleh anggota militer lain,'Apakah Anda seorang pilot?'," katanya.
"Saya berpikir tentang tekanan yang saya rasakan untuk melakukan kesalahan-bebas, terutama untuk pengawas yang saya anggap kurang dari saya sebagai orang Afrika-Amerika."
"Saya berpikir tentang harus mewakili dengan bekerja dua kali lebih keras untuk membuktikan harapan dan persepsi mereka. Afrika Amerika tidak valid," terang Brown.
Militer AS selama ini terkenal kurang keragaman di dalam jajaran kepemimpinannya.
Menurut angka terakhir Pentagon, ada 18,7% persen orang Afrika-Amerika yang terdaftar menjadi anggota militer.
Tetapi nyatanya hanya 8,8 persen orang kulit hitam di jajaran pimpinan, berbanding dengan 76,1 persen orang kulit putih.
Amerika Serikat sudah sejak lama bergulat dengan isu rasisme yang kuat sehingga hal ini turut mempengaruhi kondisi militer.
Semua kepala dinas militer dalam beberapa hari terakhir ini menyerukan perlunya mengatasi masalah ras di antara militer, menyoal protes kematian Floyd.
Baca: Jet Tempur China Mendekat usai Pesawat AS Melintas, Militer Taiwan Langsung Bereaksi
Baca: Tentara Garda Nasional AS Positif Covid-19 Setelah Kawal Unjuk Rasa Kematian George Floyd
Dalam hal ini Angkatan Darat dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk mengganti nama hampir selusin pangkalan utama dan instalasi yang berkaitan dengan masalah itu.
"Saya berpikir tentang Afrika-Amerika yang pergi sebelum saya untuk membuat peluang ini menjadi mungkin."
"Saya berpikir tentang harapan besar yang datang dengan nominasi bersejarah ini, terutama melalui lensa peristiwa terkini yang mengganggu bangsa kita," kata Brown saat pencalonannya.
"Saya berpikir tentang bagaimana pencalonan saya memberikan harapan, tetapi juga datang dengan beban berat."
"Saya tidak dapat memperbaiki rasisme selama berabad-abad di negara kami dan saya juga tidak dapat memperbaiki diskriminasi selama beberapa dekade yang mungkin berdampak pada anggota Angkatan Udara kami," jelasnya.
Brown berharap dirinya nanti bisa memulai perubahan agar militer bisa lebih menghargai nilai keanekaragaman.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)