Konflik di Korea: Gerakan Politik Adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong Lebih Kuat, Ini Kiprahnya
Pada musim dingin dua tahun lalu, Kim Yo Jong mengambil langkah pertamanya untuk menjadi politisi kuat.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Pada musim dingin dua tahun lalu, Kim Yo Jong mengambil langkah pertamanya untuk menjadi politisi kuat.
Setidaknya, itu lah yang diimani oleh sang ayah, Kim Jong Il.
Pada 10 Februari 2018, anak bungsu mantan pemimpin Korea Utara Kim Jong Il membuat sejarah dengan menjadi anggota pertama keluarganya yang menginjakkan kaki di bagian selatan Semenanjung Korea.
Malam sebelumnya, Kim Yo Jong menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korea Selatan.
Baca: Kim Yo Jong Kerap Muncul, Analis Memprediksi Adik Kim Jong Un akan Segera Duduki Posisi Lebih Tinggi
Kim Yo Jong duduk di belakang Presiden Korea Selatan Moon Jae In dan menyaksikan ratusan atlet berbaris bersama di bawah bendara yang mewakili Korea bersatu.
Dikutip Tribunnews dari CNN, sebagaimana diketahui Korea Utara dan Korea Selatan merupakan negara yang terpeceah setelah Perang Dunia II oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat.
Kim Yo Jong memuji para atlet bersama para petinggi yang hadir, seperti Moon Jae In, Wakil Presiden AS Mike Pence dan Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe.
Dalam satu frame, kebersamaan tersebut merupakan foto yang luar biasa.
Kim Yo Jong Memasuki Blue House
Lebih lanjut, Kim Yo Jong lantas melanjutkan perjalanan ke Blue House, kediaman resmi Presiden Korea Selatan.
Kim Yo Jong menjadi anggota pertama dari keluarga penguasa Korea Utara yang memasuki ruang kekuasaan 'musuh bebuyutan'.
Setelah upacara pembukaan, Kim Yo Jong keluar dari sedan hitam dan memasuki Rumah Biru.
Kim Yo Jong berjalan menuruni karpet merah dengan postur rapi dan kepala terangkat tinggi.
Kim Yo Jong memancarkan kepercayaan diri seorang wanita yang telah bertemu dengan para pemimpin dunia penting.
Dia berpakaian serba hitam dan mengcengkeram tas kerja hitam di tangan kirinya.
Nada-nada gelap pada setelannya menarik perhatian, terutama adanya pin kerah berwarna merah yang terpasang di bajunya.
Ketika Kim Yo Jong mendekati ambang bangunan Rumah Biru, dia berhenti sejenak, dari sudut matanya, ia melihat ke kiri.
Kemudian Kim Yo Jong memperlambat langkahnya untuk memungkinan lelaki di sisinya, Kim Yong Nam masuk terlebih dahulu.
Untuk diketahui, Kim Yo Jong menjabat sebagai Kepala Propagandis Korea Utara pada saat itu.
Kim Yo Jong membuktikan kemampuannya dengan menjadi utusan yang sempurna untuk Korea Utara.
Dia dikenal sebagai operator cerdas dan sopan.
Kim Yo Jong Marah dengan 'Propaganda anti-Pyongyang
Kim Yo Jong menyalahkan Korea Selatan atas rusaknya hubungan antar-Korea pada Rabu lalu.
Pernyataan itu dilancarkan Kim Yo Jong tepat sehari sebelum meledakkan Kantor Penghubung Antar-Korea.
Kim Yo Jong juga mengancam akan mengirimkan pasukan militer ke wilayah demiliterisasi Korea, dikutip dari UPI.
Adik Kim Jong Un ini mengatakan di media pemerintah bahwa Korsel belum berupaya banyak untuk mengekang kegiatan pembelot.
Lantaran para pembelot Korea Utara ini terus mengirimkan propaganda anti-Pyongyang melintasi perbatasan menggunakan balon udara.
Baca: Situasi Korut dan Korsel Memanas, Pesawat Pribadi Kim Jong Un Terlihat Terbang Tinggalkan Pyongyang
Baca: Media Korea Utara Ejek Korea Selatan setelah Kim Yo Jong Kritik Hubungan Korea Selatan-AS
Bahkan baru-baru ini mereka sepakat akan mengirim lebih banyak propaganda ke Korea Utara.
Pekan lalu Korea Selatan menuduh para pembelot melanggar undang-undang kerjasama antar-Korea.
Lalu pada Rabu-nya, Kim Yo Jong mengatakan tindakan Korsel itu belum cukup.
Ironisnya sikap Korea Selatan menentang aksi pembelot itu dinilai kritikus melanggar hak untuk bicara.
Kim Yo Jong mengatakan harusnya Presiden Moon Jae-in meminta maaf dan introspeksi diri terkait tindakannya kepada pembelot selama ini.
"(Moon) seharusnya membuat komitmen tegas untuk mencegah terulangnya pengiriman propaganda," kata Kim Yo Jong pada Senin lalu.
Baca: Kecewa Berat, Korea Utara Akan Putuskan Saluran Komunikasi dengan Korea Selatan
Baca: Lebih Vokal Ancam Korea Selatan, Kim Yo Jong Diyakini Ingin Perkuat Posisi dan Pencapaian
Menurutnya, Presiden Korea Selatan sudah bertekad menghentikan aksi pembelot melalui perjanjian pada 2018 silam.
Kim Yo Jong yang juga pejabat tinggi Korut itu juga mempermasalahkan kerjasama AS-Korea Selatan.
Dia mengklaim intelijen bilateral telah mengganggu hubungan antar-Korea.
Peringatan Pyongyang...
Sebelumnya pada Rabu, Seoul memperingatkan Pyongyang terhadap provokasi lebih lanjut.
Selama pertemuan dengan para pengamat Korea Utara dan politisi lokal, Moon mengatakan dia merasa kecewa, marah dan frustrasi mengikuti tindakan Korut.
Moon menambahkan dia tidak akan menyerah untuk bersepakat dengan Korea Utara.
"Jika perlu, aku akan mulai lagi dari awal," kata Moon.
Pemerintah Korea Utara Sebarkan Paham Anti-Pembelot
Korea Utara melancarkan pendidikan anti-pembelot kepada para warga mendapati masifnya propaganda dari pembelot.
Para pejabat pemerintahan Korea Utara melakukan pidato-pidato untuk menumbuhkan rasa permusuhan kepada para pembelot.
Diketahui, hubungan Korea Utara dan Korea Selatan akhir-akhir ini memanas karena para pembelot terus mengirim propaganda dari Korea Selatan.
Propaganda itu berbentuk selebaran, uang dolar AS, hingga video drama atau berita Korea Selatan.
Baca: Korea Utara dan Korea Selatan Memanas, Menteri Unifikasi Kim Yeon-chul Siap Mundur
Baca: Media Korea Utara Ejek Korea Selatan setelah Kim Yo Jong Kritik Hubungan Korea Selatan-AS
Bahan-bahan propaganda ini lantas diterbangkan menggunakan balon ke arah perbatasan Korea Utara.
"Baru-baru ini, hampir setiap hari ada pertemuan dan pidato tentang pengkhianat yang mengirim selebaran propaganda dari Korea Selatan," kata seorang sumber yang berbasis di Provinsi Ryanggang, dikutip dari Daily NK.
"Para pembicara menyebutkan nama-nama spesifik dan membuat pernyataan menghasut tentang 'menghukum (pembelot) atas nama orang-orang'."
Sumber itu juga mengatakan, tersiar rumor pemerintah mengirim pasukan militer ke Korea Selatan.
"Rumor menyebar di antara orang-orang tentang (pihak berwenang) mengirim semacam pasukan khusus ke Korea Selatan," tambah sumber itu.
Sebagai catatan, pembelot dianggap sebagai pengkhianat negara di Korea Utara.
Biasanya pembahasan terkait para pembelot ini muncul di pertemuan-pertemuan publik.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)