"Perang" Propaganda, Korut Siapkan Serangan Balasan, 12 Juta Selebaran Anti-Korsel Bakal Disebar
Pesan-pesan tersebut biasanya dimasukkan ke dalam balon atau botol yang diapungkan di laut
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan belum mereda pascaledakan kantor penghubung antar-Korea di Kaesong.
Penyebab Korea Utara meledakkan kantor penghubung itu gara-gara para pembelot kerap menyebarkan propaganda anti-Korea Utara.
Baca: Israel Akui Pesatnya Kemajuan Militer Iran, Sebut Jadi yang Paling Berbahaya di Timur Tengah
Soal Propaganda, Korea Utara siap membalas.
Melansir Kompas.com, Senin (22/6/2020) Korea Utara mengatakan ribuan balon dan jutaan selebaran anti-Korea Selatan sudah siap disebar.
Dilansir dari AFP, Korea Utara menuturkan langkah itu adalah "hukuman pembalasan" bagi Korea Selatan.
Keterangan ini juga diumumkan dalam sebuah laporan media pemerintah Korea Utara, yang muncul sehari setelah negara pimpinan Kim Jong Un itu mengatakan siap menyerang balik Korea Selatan dengan menyebar selebaran anti-Seoul.
Korea Utara melakukannya usai pembelot yang berbasis di Korea Selatan mengirim selebaran anti-Pyongyang ke perbatasan kedua negara.
Isi selebaran dari para pembelot mengkritik Kim Jong Un atas pelanggaran hak asasi manusia dan ambisi nuklirnya.
Pesan-pesan tersebut biasanya dimasukkan ke dalam balon atau botol yang diapungkan di laut.
Para analis mengatakan, Korea Utara telah melakukan serangkaian provokasi secara bertahap, yang bertujuan memaksa konsesi dari Seoul dan Washington.
"Persiapan distribusi selebaran terbesar melawan musuh hampir selesai," tulis media pemerintah Korea Utara KCNA.
"Lembaga penerbitan dan percetakan semua tingkatan di ibu kota telah menghasilkan 12 juta selebaran yang mencerminkan kemarahan serta kebencian orang-orang dari semua lapisan masyarakat," lanjutnya.
KCNA menambahkan, lebih dari "3.000 balon berbagai jenis juga telah disiapkan untuk menyebarkan selebaran jauh ke dalam Korea Selatan" bersama sarana distribusi lainnya.
Pelonggaran sanksi Hubungan antar-Korea telah memanas dalam beberapa bulan terakhir, usai tidak tercapainya kesepakatan di KTT Hanoi antara Kim Jong Un dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump awal tahun lalu.
KTT itu gagal menghasilkan kesepakatan, yang diharapkan Korea Utara dapat memberikan ganti pelonggaran sanksi.
Korea Utara yang merupakan negara bersenjata nuklir, menjadi sasaran banyak sanksi dari Dewan Keamanan PBB atas melanggar larangan program persenjataan.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in awalnya menjadi perantara dialog antara Pyongyang dan Washington, tetapi Korea Utara sekarang menyalahkannya karena tidak membujuk AS melonggarkan sanksi.
"Hanya ketika mengalami betapa sakitnya dan jengkelnya membuang selebaran dan sampah, Korea Selatan akan menghilangkan kebiasaan buruknya," tulis KCNA.
"Waktu pembalasan sudah dekat," lanjut KCNA sebagaimana dikutip AFP.
Para analis memandang peledakan kantor penghubung di Kaesong awal pekan lalu adalah bentuk provokasi yang sengaja ditunjukkan.
Insiden itu memicu kecaman dunia.
Korea Utara juga mengancam akan meningkatkan jumlah militernya di sekitar Zona Demiliterisasi.
Selama dua hari beruntun Korea Utara gencar menyuarakan akan menyebarkan selebaran anti-Korea Selatan.
Itu dilakukan usai Menteri Unifikasi Korea Selatan Kim Yeon-chul mundur akibat meningkatnya ketegangan.
Kim berharap kepergiannya "akan menjadi kesempatan bagi konflik ini untuk berhenti sebentar".
Foto-foto yang dipajang surat kabar resmi Korea Utara Rodong Sinmun pada Sabtu (20/6/2020) menunjukkan Korea Utara sedang mempersiapkan selebaran.
Kementerian Unifikasi Seoul mendesak Pyongyang segera membatalkan rencana itu, dan menyebutnya "sangat disesalkan".
Korea Selatan juga memperingatkan, akan menindak keras para aktivis yang mengirim selebaran anti-Korea Utara.
Baca: Reaksi Timses soal Prank dari K-Popers dan TikTokers pada Kampanye Donald Trump
Negeri "Ginseng" telah mengajukan aduan ke polisi terhadap dua kelompok pembelot karena menyebarkan pesan-pesan yang menyinggung Pyongyang.
Kedua negara secara teknis masih berperang dalam Perang Korea, karena pada 1953 yang disepakati adalah gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: 12 Juta Selebaran Anti-Korea Selatan Siap Disebar, Korea Utara: Pembalasan Sudah Dekat