Warga Aceh Dipuji Dunia Karena Selamatkan 100 Pengungsi Rohingya yang Terombang-ambing di Laut
Para pengungsi meminta disiapkan perahu yang bagus karena mereka sebenarnya ingin ke Australia.
Editor: Hasanudin Aco
"Mungkin karena orang Aceh sendiri pernah menderita di masa sebelumnya, harus melarikan diri dari konflik dan karena tsunami," ujar Rima dari Yayasan Geutanyoe.
Namun ia mengatakan kapasitas masyarakat Aceh untuk menampung para pengungsi juga terbatas.
"Pada akhirnya, rakyat Aceh menginginkan ASEAN turun tangan untuk menyelesaikan permasalahan ini bersama-sama," ujarnya.
"Kami bukan masyarakat yang kaya-raya," tambahnya.
Malaysia sebelumnya telah mengizinkan pengungsi Rohingya datang dengan perahu dari Bangladesh atau Myanmar, tapi sejak April lalu, Pemerintah negara itu menolak sebuah perahu yang membawa sekitar 200 pengungsi karena kekhawatiran soal COVID-19.
8 Juni lalu, sebuah perahu rusak saat membawa ratusan pengungsi Rohingya yang mendarat di pesisir Malaysia.
Mereka yang selamat menceritakan puluhan rekannya telah tewas dalam perjalanan berbulan-bulan dari Bangladesh.
Para advokat takut jika orang-orang ini, 269 di antaranya saat ini ditahan, juga pada akhirnya akan dikembalikan ke laut oleh otoritas Malaysia.
Direktur Asia pada Human Rights Watch, Brad Adams menyatakan, meskipun Myanmar jelas harus bertanggung jawab atas penderitaan para pengungsi Rohingya, Malaysia dan Thailand juga jangan lagi menutup mata pada risiko dan penderitaan yang dihadapi pengungsi di laut.
Pada April lalu, petugas pantai Bangladesh menyelamatkan hampir 400 orang Rohingya yang terombang-ambing di laut selama berminggu-minggu setelah gagal mencapai Malaysia.