Gilead Sciences Dikabarkan Tetapkan Harga Remdesivir Rp 44,8 Juta
Gilead Sciences mengungkapkan harga untuk remdesivir yang digunakan sebagai pengobatan Covid-19 sekira Rp 44,8 juta.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Gilead Sciences mengungkapkan harga untuk remdesivir yang digunakan sebagai pengobatan Covid-19 sekira Rp 44,8 juta.
Jumlah tersebut ditetapkan Gilead untuk pasien dengan asuransi kesehatan swasta.
Sementara, pasien yang dicakup oleh program pemerintah, seperti Medicaid akan dikenai biaya Rp 33,6 juta.
Dikutip Tribunnews dari CBS News, jumlahyang dibayar pasien tergantung pada asuransi, pendapatan, dan faktor lainnya.
CEO GIlead Dan O'Day dalam sebuah pernyataan angkat bicara mengumumkan harga remdesivir .
"Kami berada di wilayah yang berlum dipetakan dengan menetapkan harga obat baru, dalam (situasi) pandemi," katanya.
Baca: Disebut Efektif sebagai Obat Corona, Ahli: Dexamethasone Kurangi Peradangan, Tidak Membunuh Virus
Baca: Sederet Pengakuan Rhoma Irama Hadir di Acara Sunatan: Tuding Bupati Bogor, Ade Yasin Bertindak
Lebih jauh, remdesivir, merupakan obat antivirus yang awalnya dikembangkan untuk mengobati Ebola dan virus mematikan lainnya.
Setelah uji coba obat Covid-19 internasional menunjukkan, remsesivir membantu beberapa pasien pulih lebih cepat.
Kemudian, Food and Drug Administrasion (FDA) memberikan otoritasi remdesivir untuk penggunaan darurat dalam mengobati kasus virus corona.
Baca: Produsen Obat Gilead: Remdesivir Tunjukkan Hasil Menjanjikan
Baca: Hasil Uji Calon Vaksin Covid-19 Menjanjikan, Tes Fase 3 di Uni Emirat Arab
Menurut Wall Street Journal, Gilead membebankan dua harga untuk obat ini hanya di satu negara maju, yakni AS.
"Kami percaya, harus benar-benar menyimpang dari keadaan normal," kata O'Day.
O'Day mengatakan, pihaknya memberi harga obat untuk memastikan akses luas daripada hanya berdasarkan nilai pada pasien.
Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Alokasikan 500.000 Uji Coba Perawatan
Lebih jauh, pada Senin (29/6/2020), Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan mengatakan, mereka telah mengalokasikan 500.000 uji coba perawatan hingga September mendatang.