Pengakuan Gulnar Omirzakh, Warga Uighur Dipaksa KB oleh Otoritas China
Gulnar Omirzakh menceritakan pengalamannya bagaimana otoritas China di Xinjiang memaksanya untuk menggunakan alat kontrasepsi beserta ancaman penjara.
Editor: Archieva Prisyta
TRIBUNNEWS.COM - Mencegah memiliki anak adalah salah, sebuah kalimat yang diucapkan Gulnar Omirzakh menceritakan pengalamannya bagaimana otoritas China di Xinjiang memaksanya untuk menggunakan alat kontrasepsi beserta ancaman kurungan jika menolak.
Warga Uighur keturunan China-Kazakhstan ini mengaku disuruh pejabat setempat memasang alat kontrasepsi dalam rahim (IUD).
Pemerintah China dinilai mengambil langkah yang kejam dalam membatasi angka kelahiran warga Uighur dan sejumlah minoritas lainnya.
Operasi yang telah dijalankan selama empat tahun terakhir ini oleh sejumlah ahli dianggap mengarah pada apa yang disebut 'genosida demografis'.
Omirzakh adalah perempuan dari keluarga tak mampu yang merupakan istri dari seorang pedagang sayur.
Pada 2018, ia mengaku pernah didatangi empat orang pejabat yang mengenakan seragam militer.
Keempat pria ini mengetuk pintu rumahnya dan menjatuhkan denda $2685 atau sekitar 38,9 juta rupiah (kurs 2018).
Denda ini dijatuhkan lantaran ia memiliki lebih dari dua anak.
Sebagai informasi, menurut investigasi, China secara teratur menyuruh perempuan dari etnis minoritas untuk memeriksa kehamilan, memasang alat kontrasepsi, sterilisasi, bahkan aborsi.
Angka aborsi tercatat telah dilakukan oleh ratusan ribu warga.
Baca: AS Minta Partai Komunis China Hentikan Praktik Aborsi Paksa terhadap Perempuan Etnis Uighur