Pentagon: Trump Setujui Penarikan 9.500 Pasukan AS dari Jerman
Langkah ini akan memotong jumlah pasukan AS saat ini di Jerman dari sekitar 34.500 menjadi 25.000.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON, DC -- Presiden Donald Trump telah menyetujui rencana untuk menarik 9.500 pasukan Amerika Serikat (AS) di Jerman.
Demikian Juru bicara Departemen Pertahanan AS Jonathan Hoffman menyampaikan kepada wartawan, seperti dilansir AFP dan Channel News Asia, Rabu (1/7/2020).
Juru bicara Pentagon Jonathan Hoffman mengatakan langkah ini akan "meningkatkan pencegahan Rusia, memperkuat NATO, (dan) meyakinkan sekutu," serta meningkatkan fleksibilitas strategis AS.
Langkah ini akan memotong jumlah pasukan AS saat ini di Jerman dari sekitar 34.500 menjadi 25.000.
Hoffmann tidak memberikan rincian lebih dalam tentang kapan pengurangan akan dilakukan atau apakah pasukan akan dikerahkan ke negara NATO lainnya.
Baca: Pentagon Beberkan Rencana Tarik 9.500 Personel Pasukan Amerika Serikat Dari Jerman
Dia mengatakan Pentagon akan menggelar pertemuan singkat terkait rencana itu "dalam beberapa minggu mendatang."
Kemudian Pentagon akan berkonsultasi sekutu di North Atlantic Treaty Organization.
Para pejabat Pentagon mengatakan, jika pengurangan terjadi, maka pasukan AS dapat dikirim ke bekas negara-negara Blok Timur-untuk mengirimkan pesan kepada Rusia.
Hal ini untuk mencegah kemungkinan ekspansi Rusia di negara NATO setelah Moskow mengirim pasukan di 2014 untuk merebut wilayah Krimea dari Ukraina.
Sementara pemimpin Polandia Andrzej Duda mengunjungi Washington minggu lalu, Trump mengatakan pasukan AS bisa dikirim ke Polandia.
"Beberapa akan kembali ke AS dan sebagian akan berangkat ke tempat lain. Polandia akan menjadi salah satu tempatnya, "katanya.
Trump mengatakan pada awal bulan ini, ia menarik pasukannya karena ketidak-senangan dengan Jerman.
Pada 15 Juni, dua minggu setelah Kanselir Angela Merkel mengatakan dia tidak akan menghadiri KTT G7 yang direncanakan oleh Trump karena pandemi virus Covid-19. (AFP/CNA)