Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kiokujutsu dan Yogen, Bagian dari Keunikan Ninja Jepang

Ninja harus memiliki daya ingat yang lebih luas dan lebih hebat dari orang biasa untuk bisa tetap mengingat dengan baik semua informasi yang diperoleh

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Kiokujutsu dan Yogen, Bagian dari Keunikan Ninja Jepang
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Mencederai diri untuk mengingat kembali memori yang terlupa oleh Ninja (kiri) dan hipnotis yang dimiliki Ninja (kanan). 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kiokujutsu dan Yogen adalah dua keunikan ninja Jepang yang jarang diketahui banyak orang hingga saat ini.

Apa itu Kiokujutsu atau Memonics?

Tujuan utama ninja adalah mengumpulkan informasi sebanyak mungkin yang diminta masternya.

Jadi ninja harus memiliki daya ingat yang lebih luas dan lebih hebat dari orang biasa untuk bisa tetap mengingat dengan baik semua informasi yang diperolehnya.

Hanya dengan mencatat informasi pada kertas, maka akan memiliki risiko tinggi dan perhatian besar dari orang lain.

Ninja harus mengingat segalanya sampai kepada angka dan segala informasi yang diperolehnya ke dalam ingatannya.

Baca: Penyamaran Ninja Jepang, Sebagai Biksu Harus Memiliki Wewangian

Baca: Komusou, Salah Satu dari 7 Penyamaran Ninja Jepang

Jika ninja tersebut tidak bisa mengeluarkan informasi penting yang harus disampaikannya, maka ninja di masa lampau biasanya akan melukai tubuhnya dengan pisau agar informasi yang terlupa itu dapat muncul kembali dan disampaikan segera kepada masternya.

BERITA REKOMENDASI

Jadi bagian mencederai tubuhnya sendiri hanya untuk mengingatkan kembali apa sebenarnya yang terpendam di dalam memorinya agar kembali ke luar dan ingat kembali. Itulah Kiokujutsu.

Lalu bagaimana dengan Yogen yang lebih mendekat kepada magis atau pun hipnotis?

Ramalan memiliki efek sugestif yang memungkinkan orang bertindak sesuai dengan saran tersebut.

Ninja mempelajari buku-buku tradisional mereka untuk menghipnotis orang, sehingga mereka akan bertindak sesuai keinginannya.

Para ninja sedang bertanding di Perfektur Mie Jepang.
Para ninja sedang bertanding di Perfektur Mie Jepang. (Istimewa)

Jika korban adalah beban feodal, nasib negara itu akan berada di atas kehendak ninja.

Dengan demikian kemampuan ninja yang sudah tinggi biasanya memiliki Yogen yang dapat menghipnotis lawannya agar berjalan sesuai dengan kehendak sang ninja.


Itulah sebabnya di satu pihak, sangat bahaya apabila ninja tidak bisa mengontrol dirinya sendiri, karena mengetahui adanya kekuatan dari dirinya untuk bisa mengontrol orang lain dengan teknis dan kemampuan hipnotis yang dimilikinya.

Jinichi Kawakami, ninja terakhir di Jepang (kiri), Hiroshi Mizohata (tengah) dari biro Pariwisata Osaka, Dr Yuji Yamada (kanan) ahli peneliti ninja.
Jinichi Kawakami, ninja terakhir di Jepang (kiri), Hiroshi Mizohata (tengah) dari biro Pariwisata Osaka, Dr Yuji Yamada (kanan) ahli peneliti ninja. (Koresponden Tribunnews/Richard Susilo)

Tanpa kemampuan penguasaan diri sendiri, mungkin ninja itu akan ke luar dari relnya sebagai ninja yang seharusnya patuh kepada masternya, sebagai ninja yang seharus berada di belakang layar, tapi akan muncul kegilaan kekuasaan untuk menjadi seorang ninja yang buruk pada akhirnya.

"Di sanalah akhirnya telepati yang tinggi biasanya dapat dan akan digunakan ninja yang lebih senior untuk mengingatkan ninja yang mulai berbahaya sedikit ke luar dari rel kehidupannya sebagai ninja yang sebenarnya," ungkap ninja terakhir Jepang, Jinichi Kawakami kepada Tribunnews.com beberapa waktu lalu.

Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: info@jepang.com

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas